Senin, 17 Oktober 2016

Nasib Petani di Kota Beras


Kota Solok mungkin tidak sepopuler kota Jakarta dan Batam. Namun merupakan salah satu daerah penghasil beras ternama di Indonesia, sehingga kota Solok dijuluki “Kota Beras”, bahkan akhir-akhir ini Walikota ingin menjadikan “Kota Beras Serambi Madinah”. Lalu kenapa masyarakat petani masih jauh dari kata sejahtera? Buktinya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja masih ngutang sana sini.



Berdasarkan pantauan sendiri secara langsung, fenomena ini disebabkan oleh biaya produksi padi yang terlalu tinggi. Sebab dalam proses produksi para petani hanya menggunakan tenaga kerja langsung (buruh tani) tanpa menggunakan teknologi kecuali traktor. Akibatnya belum ada petani Solok yang kaya dari hasil bertani. Jangankan kaya untuk hidup sejahtera saja mungkin sebuah mimpi.



Biaya panen saja mencapai 20% dari total padi bersih, belum lagi upah menanam, upah membajak sawah, menyiangi hama rumput, biaya pupuk, bibit, dan sebagainya. Ujung-ujungnya menyisakan 30-35% saja, itupun kalau lagi mujurnya. Tetapi jika lagi apesnya maka di sinilah kita bisa menyaksikan keakraban antar sesama makluk Tuhan, petani sering ngobrol dengan tikus.



Kenapa semua ini bisa terjadi? Karena pola pikir petani yang masih awam dan para buruh tani masih terbelenggu dengan prisip lama “Teknologi akan menciptakan pengangguran“ kalau sudah tidak bekerja anak bininya makan apa. Tetapi faktanya, orang yang tidak lagi menjadi buruh tani masih saja bekerja, mereka buka usaha, berdagang, kuli bangunan, dan sebagainya. Padahal manfaat teknologi akan meminimumkan biaya dan  memaksimal profit.



Selain itu peran pemerintah juga minim, ketika program pemerintah ditolak masyarakat maka mentoklah sampai disana. Bikin lagi program baru, gagal lagi ganti lagi. Seakan-akan terkesan hanya mencari program dan kegiatan saja. Kan uang kita banyak, buang2 aja gak masalah, toh uang masyarakat juga yang habis.



Seperti program penerapan teknologi pada pertanian yang ditolak buruh tani. Apa tindakan dan solusi pemerintah selanjutnya? Mengalihkan ke program jajar legowo, 4 baris pertanaman dikosongkan 1 baris biar ada rongga, sebenarnya itu cuma sistem tanam saja.



Berdasarkan Data Dinas Pertanian Kota Solok, 60% lahan sawah di Kota Solok sudah melaksanakan program tanam sistem jajar legowo dan telah mencapai 30% peningkatan produksi padi dari biasanya atas program ini.



Menurut saya angka 60% bukanlah dari hasil  program, sebab sejak zaman dahulu masyarakat petani kota Solok sudah melakukannya, kami sering menyebut dengan “Banda-banda”. Sedangkan program tanam sistem jajar legowo diciptakan baru-baru ini atas instruksi presiden Jokowi. Sementara peningkatan 30% tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Kenapa? Sebab takaran satuan padi (kaleng) yang digunakan oleh Dinas Pertanian tidak menggunakan takaran biasanya. Kaleng yang digunakannya adalah kaleng kecil tidak seperti kaleng pada umumnya. Kalau dihitung berdasarkan kaleng versi Dinas Pertanian memang benar terjadi peningkatan produksi, tetapi jika dihitung menggunakan kaleng yang biasa dipakai petani maka secara volume tidak ada bedanya. Intinya bisa dikatakan program tersebut gagal.



Kita boleh gagal tapi jangan pernah curang, apa gunanya prestasi kalau tidak punya integritas. Berikanlah data-data yang benar sesuai dengan fakta di lapangan. Sebab para pengambil kebijakan berpatokan pada data, kalau data sudah tidak benar maka kebijakan akan keliru, dampaknya akan melahirkan hasil yang salah.



Semestinya pemerintah mencari jalan keluar untuk mengatasi kendala tersebut, seperti gencar mensosialisasikan pentingnya teknologi dalam produksi dan memberikan pendidikan serta pelatihan bagi para petani termasuk para buruh tani supaya pola pikir mereka terbuka, guna membentuk masyarakat petani yang cerdas. Tidak hanya kepada segelintir kelompok Tani saja tetapi seluruh para petani dan buruh tani diberikan pendidikan serta pelatihan. Termasuk membentuk satgas untuk meninjau fakta yang sebenarnya di lapangan dan menindak tegas para pejabat instansi yang telah berbuat curang.



Bagi pejabat PEMDA, jika anda benar-benar mengatakan “Demi Warga Solok”, “Demi Kemajuan Daerah”, “Demi Kota Solok yang Hebat” lakukanlah. Jangan sampai programmu terlihat hebat hanya sewaktu dalam debat, penyampaian visi dan misimu menggebu gebu, semangatmu berapi api, kami yang dalam kondisi kritis putus asa langsung bangkit dan memandang optimis kedepan. Seolah-olah kau pahlawan yang akan terukir di rupiah. Setelah menduduki puncak tahta ternyata hanya omong kosong. Akhirnya entah kami yang tertipu entah kau yang amnesia.



Jika begini terus kapan daerah kita maju dan bisa bersaing dengan Kota-kota besar. Seandainya permasalahan ini tidak diselesaikan maka kami akan menangis melihatmu Kota Solok..

Selasa, 23 Agustus 2016

Cara Memulai Berwirausaha



Pada pembahasan sebelumnya kita membahas tentang bagaimana membangun masa depan anak putus sekolah melalui berwirausaha. Dengan pembahasan tersebut muncul beberapa pertanyaan dari teman-teman, pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang luar biasa. Seperti, “Saya pengen jadi pengusaha tapi bagaimana caranya?”, Saya pengen buka usaha tapi saya tidak tahu usaha apa yang cocok buat saya?”, “Seberapa pentingkah kejujuran dalam berwirausaha? Sebab banyak usaha yang melakukan modus penipuan” dan “Anda selalu menyuarakan Ayo Berwirausaha, apakah anda tidak takut tersaingi?”. Kali ini saya akan mencoba menjawabnya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki. Here we go!

Pertama, “Saya pengen jadi pengusaha tapi bagaimana caranya?”. Kalau pengen jadi pengusaha caranya ya harus bikin usaha. Bagaimana bisa menjadi seorang pengusaha kalau usahanya tidak ada. Itu namanya pengusaha fiktif atau pengusaha hantu. Usaha yang dimaksud bukanlah bentuk dari berusaha, contoh, saya telah berusaha melamar kerja ke sana sini, telah berusaha merencanakan ini itu, usahaku telah maksimal. Tetapi usaha yang dimaksud adalah usaha yang memiliki profit. Sekecil apapun usaha anda, anda adalah seorang pengusaha. Kata Bob Sadino, sekecil apapun usaha anda, anda adalah bossnya. Pengusaha itu tidak harus mempunyai usaha yang berskala besar, mereka menjadi pengusaha besar itu berawal dari usaha kecil. Nah untuk menjadi pengusaha yang sukses butuh proses, tidak ada yang langsung jadi.

Waktu yang tepat untuk anda memulai usaha adalah sekarang. Kenapa sekarang? karena sekarang anda belum mempunyai beban atau tekanan, jadi kalau gagal pun tidak masalah, anda masih bisa makan dengan orang tua. Tetapi lain cerita kalau anda memulai sewaktu telah berkeluarga, untuk mencapai keberhasilan itu sebuah beban. Selalu berpikir usaha ini harus sukses, harus mendapatkan uang. Jika gagal maka anak isteri tidak makan, akhirnya tidak berani lagi memulai, ujung-ujungnya kembali berkuli, yang penting dapat uang walau sekedar pelepas makan.

Ironisnya, ada yang kembali menjadi beban orang tua. Sungguh pun masih bisa makan sama orang tua, namun perlu anda ketahui anda juga seorang orang tua, anakmu mau makan apa? Bahkan lebih parah lagi membawa anak dan isteri menjadi tambahan beban orang tua. Sedurhaka itukah anda pada orang tua? Harusnya orang tuamu itu disenangkan, sudah seharusnya mereka melepas kepenatan selama ini. Ingat, setelah berkeluarga anda bukan lagi tanggung jawab orang tua, tetapi anda memiliki tanggung jawab yang baru, tanggung jawab pada anak dan isteri. Maka mulailah dari sekarang.

Kedua, “Saya pengen buka usaha tapi saya tidak tahu usaha apa yang cocok buat saya?”. Mungkin itu hanya anda sendiri yang tahu kemampuan apa yang anda miliki. Cocok buat saya belum tentu cocok buat anda. Namun saya sarankan, bukalah usaha yang sesuai dengan kompetensi anda (passion), sesuai bakat, hobby, dan skill yang anda miliki. Karena membuka usaha berdasarkan hal tersebut kita menikmatinya dalam menjalankan usaha. Misalkan hobby anda memasak, mungkin anda bisa buka usaha rumah makan, atau mempunyai keterampilan melukis mungkin bisa buka usaha lukisan, dan sebagainya.

Jika anda ingin menjadi pengusaha besar, hindari membuka usaha-usaha yang bersifat musiman atau usaha karena ada peluang. Sebenarnya boleh saja tetapi tidak akan bertahan lama, atau tidak langgeng kata orang jawa. Kenapa? Karena namanya saja musiman, musim itu kan berarti berganti-ganti. Misalnya, sekarang musim internet diganti pula usaha warnet, datang musim batu akik diganti pula usaha batu akik, datang lagi musim burung diganti pula usaha burung. Usaha sedang maju-majunya ternyata musim tersebut habis. Ketika anda memulai usaha yang baru sudah pasti semuanya akan dimulai dari awal lagi. Kalau berganti-ganti terus kapan usaha tersebut menjadi besar? Lagi pula kalau berganti terus anda tidak bisa membuat inovasi pada produk, dipastikan anda tidak akan menjadi expert di domain tersebut. Oleh karena itu tetaplah konsisten pada usaha yang anda jalani, sehingga bisa menjadi lebih expert dan bisa membesar.

Selanjutnya, “Seberapa pentingkah kejujuran dalam berwirausaha? Sebab banyak usaha yang melakukan modus penipuan”. Ini adalah pertanyaan yang sangat bagus, karena kejujuran dalam berwirausaha merupakan kunci utama menuju pengusaha yang sukses. Kejujuran ibaratkan fondasi dalam sebuah bangunan. Seumpama anda membangun rumah, anda harus membutuhkan fondasi yang kuat untuk memperkokoh bangunan tersebut. Karena kekuatan fondasi lebih utama, sebab dalam membangun bangunan bertingkat yang kokoh tergantung seberapa kuat fondasi yang digunakan untuk menopang beban tersebut. Rumahmu tak akan kokoh kalau fondasimu rapuh. Begitu pula dengan berwirausaha, jika usahamu dibangun dengan ketidakjujuran, berarti anda telah meruntuhkan usaha anda sendiri.

Berapa banyak usaha-usaha yang melakukan ketidakjujuran atau penipuan berujung pada kebangkrutan. Contoh, ketika anda hendak membeli baju di toko, pelayan toko tersebut mengatakan baju tersebut warnanya tidak akan luntur walau dicuci berulang kali. Maka anda tertarik membelinya, tapi baru sekali cuci saja warnanya sudah memudar. Apakah anda akan berlangganan lagi di toko tersebut? Pastinya anda tidak akan berbelanja lagi disana. Maka toko tersebut sudah kehilangan satu pelanggannya. Belum lagi kalau anda memberitahukan ke teman-teman untuk tidak membeli baju disana karena toko tersebut penipu. Bisa-bisa toko tersebut kehilangan banyak pelanggan, akhirnya toko tersebut sepi dan ujung-ujungnya gulung tikar.

Anda pernah menabung di Bank? Saat mengurus tabungan, pihak bank tersebut (costomer service) menyuguhkan keunggulan dari berbagai macam produknya, keuntungan apa yang akan kita dapat jika memakai produk tersebut, mereka selalu menyebutkan kelebihan ini itu. Contoh, dapat bunga sekian dalam jangka waktu sekian, tetapi setelah tiba jangka waktunya ternyata saldonya tidak sesuai bahkan jauh dibawah bunga yang disepakati. Hanya saja orang awam kebanyakan tidak tahu sistem perbankan. Dalam bunga tersebut ada PPh, administrasi bulanan, belum lagi kalau anda pakai ATM dan lain sebagainya. Terkadang tertera dalam kertas kesepakatan yang anda tanda tangani sendiri, anda saja yang malas membaca.

Mereka tidak akan menyebutkan itu semua kalau anda tidak bertanya. Semua itu sengaja tidak disebutkan, jika disebutkan yang pasti konsumen tidak akan tertarik. Kalau konsumen tidak tertarik maka produk yang mereka tawarkan tidak jalan. Apabila bertanya tentang kelemahan, mereka selalu menyepelekan kelemahan dari produk yang mereka tawarkan. Sebenarnya itu bukanlah bentuk ketidakjujuran, tetapi strategi bagaimana  menarik hati konsumen. Menonjolkan kelebihan tanpa menyentuh kelemahan. Jika ada Bank yang melakukan penipuan sudah pasti bank tersebut ditutup oleh pemerintah karena setiap bank diawasi oleh OJK. Begitulah cara bank melakukan persaingan dalam dunia perbankan.

Nah dari sana kita bisa belajar, bagaimana cara memasarkan produk dalam ketatnya persaingan, supaya konsumen tertarik pada produk yang kita tawarkan. Anda juga boleh menonjolkan kelebihan tanpa menyentuh kelemahan, jika ada kelemahan poleslah dalam bentuk kelebihan. Selama ini yang kita saksikan di iklan-iklan kan begitu. Apakah mereka menyebutkan kekurangannya? Tentu tidak. Tetapi jika ada konsumen bertanya tentang kelemahan atau kekurang dari produk anda, anda mengatakan tidak ada padahal sebenarnya ada itu adalah cikal bakal kehancuran.

Terakhir, “Anda selalu menyuarakan Ayo Berwirausaha, apakah anda tidak takut tersaingi?”. Justru karena persaingan kita bisa mendapatkan kualitas produk terbaik. Dengan persaingan perusahaan akan melakukan inovasi-inovasi terhadap produknya guna merebut konsumen. Contohnya handphone, karena persaingan setiap produsen handphone selalu melakukan inovasi terhadap produknya, dengan  inovasi tersebut kita bisa mendapatkan kualitas terbaik, seperti gadget canggih. Jika tidak ada persaingan mungkin sampai saat sekarang kita masih menggunakan handphone yang bisa sekedar telpon dan SMS, sama main game Snake. Tanpa persaingan takkan ada Pokemon Go, game yang tengah populer saat ini dan banyak dimainkan orang di berbagai penjuru dunia, temasuk Indonesia. Terima kasih.

Jumat, 19 Agustus 2016

Anak Putus Sekolah Siap Menuju Wirausaha Sukses

Ilustrasi
Setiap anak bangsa harus punya mimpi, punya cita-cita dan punya tujuan masa depan. Tidak terkecuali bagi anak-anak yang putus sekolah. Untuk menekan angka putus sekolah, pemerintah telah memberikan program sekolah gratis sehingga anak-anak yang kurang mampu dapat mengecap pendidikan secara gratis. Bahkan pemerintah juga memberikan program pendidikan luar sekolah, seperti paket A, B dan C bagi yang putus sekolah.

Namun sekolah gratis bukanlah sekolah tanpa biaya, walaupun tidak bayar SPP, tapi masih banyak berbagai pungutan lain, bayar uang ini itu, biaya peralatan sekolah, seragam, dan lainnya. Sama dengan “Bernafas itu gratis tapi kalau hirup udara bayar”. Wujud yang berbeda tetapi hakekatnya tetap sama.

Perlu juga diketahui bahwa anak-anak yang putus sekolah bukan hanya karena himpitan ekonomi semata, tapi kebanyakan berasal dari faktor diri mereka sendiri, minimnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan, bangun pagi dan belajar adalah rutinitas yang membosankan, sehingga semangat ke sekolah menjadi rendah, akhirnya berhenti sekolah menjadi pilihan yang menyenangkan. Selain itu faktor keluarga dan lingkungan juga berpengaruh terhadap anak putus sekolah.

Bagi yang dulu beranggapan jika tidak sekolah itu menyenangkan, apakah sekarang masih menyenangkan? Tentu merupakan sebuah penyesalan yang mendalam. Sebab membatasi pilihan untuk mencari pekerjaan, akhirnya hanya bisa mencari uang sebagai Buruh kasar, Kuli bangunan, Pedagang kaki lima, Tukang ojek, ke Sawah, ke Ladang dan lain-lain, yang intinya pekerjaan yang mengandalkan otot. Sebenarnya pekerjaan tersebut tidak hina karena juga termasuk profesi. Pertanyaan saya, sampai kapan kalian akan punya tenaga kuat?

Misalkan sekarang kalian bekerja di salah satu perusahaan skala kecil. Tugasmu angkat ini angkat itu, masuk pagi pulang malam, salah sedikit kena bentak, gaji pun ditunda-tunda. Anehnya, kalian masih bisa berkata, “Boss-ku orangnya baik, keinginanku dipenuhi, kinerjaku selalu dipuji, di depan orang aku selalu disanjung-sanjung”. Namun perlu kalian ketahui, begitulah cara dia membayar tenagamu. Semuanya selagi kalian bertenaga, karena tenaga kalian sangat dibutuhkan. Namun ketika kalian tidak lagi bertenaga semuanya lain cerita, yang jelas kalian tidak lagi dibutuhkannya, ujung-ujungnya bersiaplah untuk terbuang. Mungkin kalian kasihan melihat saya bekerja siang malam, tapi jujur, saya menangis melihat kalian bekerja seperti itu.

Oleh karena itu, saya menghimbau kepada Mahasiswa, Guru, Dosen dan Akademikus lainnya, mengajak secara bersama-sama untuk merangkul dan membimbing anak-anak yang putus sekolah. Memberikan mereka motivasi untuk bangkit, supaya mereka mempunyai sikap optimisme dalam meniti kehidupan masa depan, bahkan menjadikan mereka sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan kompetitif.

Jika semua itu terwujud, maka sangat berpengaruh terhadap kemajuan perekonomian daerah maupun negara yang lebih baik. Sekaligus menjawab tantangan Presiden tentang penyiapan kapasitas produktif dan Sumber Daya Manusia, yang dilontarkan pada pidato kenegaraan di gedung MPR/DPR/DPD-RI Senayan, Selasa kemarin, semoga saja terwujud. Kita tahu, mungkin sekarang ini kita begitu mendewakan Amerika (USA), tapi nanti kita akan menjadikan Indonesia kiblatnya Amerika, termasuk seluruh negara yang ada di bumi ini. Perekonomian Indonesia akan menjadi penentu pergerakan perekonomian negara-negara di dunia. Bahkan mereka semua akan bangga mengenakan kaos bertuliskan “I Love Indonesia”. Beberapa dekade lalu Amerika bukanlah apa-apa, lagipula Amerika dan Indonesia sama-sama negara bekas penjajahan. So, tidak ada yang mustahil.

Berdasarkan pemantauan langsung dari penulis, anak yang putus sekolah ini mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi. Misalkan saat mereka main domino, pada dasarnya permainan domino membutuhkan hitung-hitungan, harus punya strategi dalam bermain, perlu perhitungan yang tepat. Ternyata mereka mampu melakukan semua itu, buktinya mereka jago main domino. Tetapi yang mengherankan, mereka enggan belajar dan berpikir yang berhubungan dengan ilmu pendidikan. Saya beranggapan ada 2 kemungkinan mereka malas menuntut ilmu pendidikan. Pertama, mungkin sekolah menerapkan metode pembelajaran yang tidak efektif. Atau yang kedua, mungkin mereka masih berpola pikir anak kecil. Sebab mereka lebih antusias berpikir sambil bermain. Berdasarkan anggapan tersebut saya menyarankan, untuk meninjau kembali metode pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah, agar tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban putus sekolah, dan jika ingin mengajari anak putus sekolah, kemaslah pelajaran dalam bentuk permainan, sehingga mereka tertarik mempelajarinya.

Selain itu anak yang putus sekolah memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, hal tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering tanya ini itu ke temannya yang mahasiswa. Contoh, siapakah dosen itu? kost itu apa? apakah dosen sama dengan pemilik kost? Apakah jurusan yang ada di perkuliahan sama maksudnya dengan jurusan yang ada di sekolah? Soalnya jurusan yang disekolah berbeda maksud dengan jurusan yang ada di angkot, berarti kemungkinan berbeda ada, sama atau beda? Kenapa jika orang pergi merantau tujuannya itu ke kota? Apa karena di desa tidak ada artis cantik? Dan banyak lagi macam pertanyaannya.

Namun kita sayangkan, aktifitas mahasiswa lebih sibuk pada gadgetnya sendiri ketimbang berinteraksi dengan temannya, kalau berkomunikasi mahasiswa sering menggunakan bahasa intelektual yang tinggi, seperti konspirasi, aliansi, akselerasi, progresif, impulsif, konservatif, dan sebagainya, pokoknya hantam pakai bahasa yang terlalu intelektual. Anak-anak yang tidak sekolah mana ada yang ngerti, justru mereka malah bingung sendiri, satu pertanyaan sederhana menimbulkan beribu pertanyaan lain di kepala. Walaupun penggunaan bahasa ilmiah tidak dilarang, namun saat berkomunikasi sesuaikanlah dengan lawan bicara, gunakan bahasa yang mudah mereka pahami. Sehingga apa yang disampaikan tidak sia-sia, tidak membuang waktu dan tenaga.

Kalian boleh menggunakan bahasa yang ilmiah atau bahasa yang menggunakan istilah teknis saat berkomunikasi dengan mereka, tetapi jelaskan kembali ke dalam bentuk yang sederhana. Sebab sekarang ini penggunaan bahasa tersebut telah menjalar dalam kehidupan sehari-hari baik lisan maupun tulisan.

Ada hal lain yang membuat saya merasa kagum dan salut kepada anak yang putus sekolah ini, yaitu sewaktu pelaksanaan upacara bendera HUT RI ke-71 kemarin. Mereka ikut melaksanakan upacara bendera, mereka mengikuti dengan hikmat dan tertib, turut hormat ketika Sang Merah Putih dikibarkan, bahkan mereka ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan suara yang lantang. Walaupun saat itu posisi mereka berada dibalik pagar, namun itu tidak menghalangi rasa cinta mereka terhadap Indonesia. Merdeka!

Setiap perusahaan baik Swasta maupun BUMN/BUMD, Domestik atau Asing, termasuk PNS, semuanya menggunakan standar pendidikan dalam proses rekrutmen karyawan. Ijazah adalah syarat mutlak untuk masuk ke sana. Namun bagi kalian yang tidak sekolah tentunya tidak bisa ikut berkompetisi. Tetapi itu bukan berarti kalian harus memupuskan mimpi untuk sukses, bukan alasan untuk berkutat pada ketertinggalan, tidak alasan untuk malas belajar, yang pasti kalian mempunyai harapan yang besar untuk masa depan dengan cara yang lain. Jalan satu-satunya adalah menjadi Wirausaha.

Dengan berwirausaha tidak tertutup kemungkinan suatu saat nanti kalian bisa lebih sukses dari mereka yang memiliki pendidikan, bahkan kalian bisa mempekerjakan mereka sebagai karyawan di perusahaan kalian sendiri. Selagi nyawa belum lepas dari tubuhmu, kesempatan itu pasti ada. Maka rajinlah kalian untuk belajar dari sekarang.

Menjadi pengusaha itu bebas, menyenangkan dan banyak uang. Syarat jadi pengusaha pun tidak sulit, tidak harus sekolah, tidak butuh ijazah, tetapi harus memiliki ilmu. Karena ilmu adalah syarat mutlak untuk menjadi pengusaha yang sukses. Tidak ada orang yang sukses tanpa ilmu, walaupun orang sukses tersebut tidak sekolah itu bukan berarti mereka tidak belajar. Untuk itu ubahlah pola pikir kalian, membuang pola pikir yang menganggap ilmu itu tidak penting.

Betapa banyaknya orang yang sukses tanpa melalui pendidikan tinggi. Salah satu tokoh yang putus sekolah adalah Susi Pudjiastuti. Ia hanya mengenyam pendidikan hingga kelas II SMA, berarti ia hanya memiliki ijazah SMP. Kendati demikian, ia adalah pemilik sekaligus CEO PT. ASI Pudjiastuti Marine Product dan PT. ASI Pudjiastuti Aviation. Perusahaan tersebut adalah perusahaan skala besar, ia termasuk pebisnis berpengaruh di kancah nasional bahkan internasional. Dan sekarang ia menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan RI. Sebuah jabatan dan posisi yang bergengsi tinggi. Apakah mungkin seseorang yang tidak tamat sekolah menjadi pemilik bahkan Direktur Utama (CEO) perusahaan besar? Apakah mungkin seseorang menjadi menteri hanya bermodalkan ijazah SMP? Semua itu tentu karena ilmu yang dimilikinya.

Menuntut ilmu tidak harus melalui pendidikan umum, karena pendidikan umum hanyalah sebuah formalitas. Namun banyak cara lain untuk mendapatkan ilmu. Seperti pelatihan, kursus, homeschooling, SKB, PKBM, baca buku, bertanya, melalui internet, dan lain sebagainya.

Ketika saya tanya, kenapa anda tidak buka usaha saja? Pada umumnya jawaban mereka sama, yaitu tidak punya uang untuk modal. Perlu anda ketahui, uang hanyalah aset. Uang bukanlah modal utama dalam berwirausaha. Modal yang sesungguhnya dalam berwirausaha adalah keberanian. Berapa banyak orang yang punya uang ingin berwirausaha tapi mereka tidak punya keberanian, ujung-ujungnya tidak jadi buka usaha. Ketidakberanian tersebut bisa dalam bentuk, gengsi, malu, takut tidak ada yang membeli, lancar atau macet, nanti jika gagal maka akan rugi. Inilah yang dinamakan sikap mental yang cacat. Lancar atau gagal merupakan sikap mental berani atau tidaknya dalam mengambil resiko. Mungkin dirimu saja yang menganggap malu, sebenarnya orang salut padamu. Dimana datangnya rugi? Usaha saja belum dimulai.

Bagi para pebisnis pemula ada satu cara untuk mengatasi kerugian yang besar, yaitu mulailah dengan modal yang kecil. Sungguh pun rugi maka kerugian anda tidak besar. Apabila memulai dengan modal yang besar jika mengalami kerugian maka akan berdampak pada mental wirausaha, semangat jadi runtuh, mudah putus asa, bahkan tidak berani lagi untuk memulai. Jika anda mengalami kerugian, itu bukan berarti usaha anda tidak bagus atau tidak cocok menjadi pengusaha tetapi karena adanya kesalahan dalam usaha, mungkin pemasaran yang salah, kualitas produk salah, pelayanan salah, harga penjualan yang salah, dan kesalahan lainnya. Maka periksalah kembali kesalahan apa yang telah kalian lakukan.

Bahkan tanpa modal pun orang juga bisa berwirausaha. Contoh, cari kenalan yang mempunyai barang dagangan, bikin kesepakatan, pakai dulu barang tersebut setelah terjual baru bayar. Seumpama berjualan minyak goreng, anda memakai 5 Kg minyak goreng, dalam 5Kg tersebut ada keuntungan untuk anda 1 Kg-nya. Setelah terjual segera bayarkan lalu ambil lagi yang baru ditambah ½ Kg yang berasal dari keuntungan sebelumnya, ½ Kg lagi mungkin untuk anda konsumsi, maka modal anda selanjutnya  menjadi 5 ½ Kg. Begitu seterusnya. Ingat, jangan gunakan seluruh keuntungan untuk hal-hal konsumtif, tetapi tambahkan sebagian keuntungan tersebut ke modal. Jika tidak begitu kapan usahanya menjadi besar.

Di era modernisasi seperti sekarang ini, tidak terlepas dengan namanya Gadget salah satunya Smartphone. Bahkan anak yang tidak sekolah juga banyak yang menggunakannya. Kebanyakan fungsi smartphone bagi mereka hanya untuk jejaring sosial (facebook, twitter, BBM, WA, instagram, dan lain-lain), untuk selfie, games, dan paling utama hanya untuk mengikuti tren sebagai gaya-gayaan agar dipandang keren.

Bagi yang putus sekolah, kalian bisa gunakan smartphone untuk menuntut ilmu atau mencari informasi. Karena smartphone didukung oleh web browser, jadi kalian bisa mencari ilmu apa saja di sana. Fungsikan semua aplikasi yang ada pada smartphonemu, yang dalam arti bermanfaat. Dapatkanlah kemudahan-kemudahan melalui smartphone yang kalian punya. Smartphone jika diartikan ke bahasa Indonesia adalah Telepon Pintar, Telepon saja pintar  masa penggunanya tidak. Kalau smartphone tersebut memiliki sifat sombong mungkin telah tertawa cengengesan, ngejek atau cemooh, tapi untung saja sifat tersebut tidak dimilikinya. Maka jadilah penguna yang cerdas.

Dengan berbekal ilmu yang kalian miliki, kalian tidak lagi harus membutuhkan otot yang kuat, sampai tua sekali pun kalian akan bisa bekerja. Selain itu pola pikirmu akan terbuka, kalian akan tahu bagaimana menemukan peluang-peluang usaha, peningkatan kualitas produk, cara pemasaran yang efektif, menciptakan ide-ide kreatif, melakukan inovasi,  yang pasti pendapatan kalian tidak sekecil bekerja tanpa ilmu.

Kita sering mendengar jika berwirausaha pakailah teori ekonomi, "Modal sekecil-kecilnya untung sebesar-besarnya", itu adalah teori yang keliru, tidak ada ekonomi melahirkan teori begitu. Mungkin lebih tepatnya itu adalah teori orang minang berdagang. Jika anda menggunakan teori semacam itu, percaya atau tidak usaha kalian tidak akan bertahan lama. Kalau ingin untung besar ya harus dengan modal yang besar pula. Contoh, apakah mungkin dengan modal Rp 50.000 dapat untung Rp 3.000.000? apakah mungkin PT. Pertamina mendapat keuntungan triliunan rupiah dengan modal hanya jutaan rupiah? tentu dengan modal yang triliunan juga. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar tentu harus membawa resiko yang besar pula. Sebagai langkah awal pelajari dulu dasar-dasarnya, tidak perlu ke teori. Karena menguasai seluruh teori tanpa dipraktekkan percuma. Justru hasil prakteklah yang akan membentuk sebuah teori. Jadi, kalian jangan terjebak dengan slogan-slogan "Silahkan bergabung dengan kami, dapatkan keuntungan yang besar hanya dengan modal yang kecil", itu adalah Hoax.

Kendati demikian, jika kalian ingin menjadi pengusaha yang sukses, jangan menghindar dari angka-angka karena hitung-hitungan itu penting, sebab Laba dan Rugi terbentuk dari angka-angka, jika kalian malas untuk berhitung maka akan ada kesempatan pekerja memanipulasi laporan dan merekayasa angka-angka keuangan. Pastinya kalian akan mudah ditipu.

Tahu tidak, nanti pertanyaan orang bukan “Dulu tamatan apa?” tetapi “Apa kerjamu sekarang?” itulah pertanyaan utama yang biasa muncul di awal pertemuan dengan teman lama. Mungkin dengan bangganya kalian menjawab, “Baju dan sepatu yang saudara pakai adalah produk dari perusahaan saya”. Dan ketika isterimu ditanya sama temanya, “Suamimu kerjanya dimana?”, mungkin dia akan menjawab, “Suamiku pemilik perusahaan ditempat suamimu bekerja”.

Saya begitu mengagumi pengusaha yang sukses, walau mereka sukses dengan menempuh pendidikan yang tinggi. Namun apabila seseorang mencapai kesuksesan yang bermula tidak tamat sekolah, jujur saya sungguh mengidolakannya. Maka jadilah kalian orang-orang yang diidolakan. Terimakasih

Jumat, 12 Agustus 2016

Rokok Miliki Nilai dan Keuntungan yang Tinggi

Perusahaan rokok




Kali ini kita akan membahas masalah rokok. Apa anda termasuk orang-orang yang merokok? atau termasuk yang diputusin pacar karena merokok? Kalau memang benar diputusin karena rokok, kasihan juga ya, gampang saja percaya dengan alasanya. Kita membahas topik rokok bukan karena saya sebagai perokok merasa terusik, namun saya akan memberikan sudut pandang yang berbeda dan mungkin manfaatnya lebih besar dari sisi yang selalu mereka koar-koarkan.

Selama ini isu rokok dan merokok menjadi polemik di masyarakat, terutama ketika dikaitkan dengan dampak negatif yang timbul akibat merokok, seperti yang dinyatakan dalam iklan maupun di bungkus rokok tersebut, dengan tulisan Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin” dan sekarang tulisan tersebut dibuat lebih menarik lagi, pakai gambar yang hampir menutupi setengah dari bungkusnya, bahkan yang uniknya ada tulisan kecil dibawah gambar tersebut, Merokok Membunuhmu”. Wow, inovatif sekali. Sebuah kreatifitas yang harus kita apresiasi.

Bahkan para dokter dan ahli medis telah sepakat akan bahayanya rokok bagi kesehatan manusia. Telah digelar berbagai seminar kedokteran yang berskala internasional, para dokter mengambil kesimpulan bahwa rokok telah menyebabkan berbagai macam penyakit yang berbahaya. Anehnya, dampak asap rokok bukan hanya untuk di si perokok aktif saja, namun punya dampak sangat serius bagi perokok pasif (orang yang tidak merokok), sebab perokok pasif akan menghirup dua kali lipat racun yang dihembuskan oleh si perokok aktif. Jadi sangat tidak adil bagi perokok pasif, tidak merokok tetapi malah menghirup racun dua kali lipat.

Kita juga sering menyaksikan dan mendengar penyudutan terhadap rokok, rokok adalah sesuatu yang membinasakan karena orang- orang yang mengkonsumsi rokok sama dengan orang yang meminum racun. Merokok sama artinya membelanjakan harta untuk hal yang tidak ada manfaatnya dan sia-sia. Padahal rokok tidaklah membuat kenyang dan gemuk, tanpa rokok pun kita masih bisa bertahan hidup. Justru rokok adalah musuh kita karena setiap saat mencuri uang kita dan membakar uang kita.

Ada juga yang mengatakan, boleh atau tidaknya untuk mengkonsumsi rokok, tidak perlu diperdebatkan lagi karena telah jelas keharaman rokok dan kerusakan yang disebabkannya, akan memporak-porandakan kaidah umum syariat islam yang menjunjung tinggi dalam melindungi jiwa, harta dan kemaslahatan umum.

Karena alasan tersebut, tergagaslah semacam peraturan larangan merokok di tempat umum, seperti, Masjid, Sekolah, Rumah Sakit dan Perkantoran. Dan bagi siapa yang melanggarnya akan dikenakan sanksi pidana berupa denda dan kurungan. Begitulah yang kita saksikan dan dengar selama ini.

Sebelumnya, saya mengapresiasi langkah pihak Medis dan Kesehatan yang telah mempedulikan kesehatan masyarakat. Namun langkah mengambil keputusan hanya berdasarkan satu sudut pandang saja, sangat tidak adil, terutama khusus dalam kasus rokok. Karena ada sisi lain yang mafaatnya lebih besar dan jika diremehkan maka akan berdampak sangat serius terhadap kelangsungan hidup manusia bahkan perekonomian negara.

Sebagaimana yang telah saya paparkan di atas dan telah diketahui oleh masyarakat umum, bahwa ternyata perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif, maka untuk mengurangi resiko tersebut, aktiflah merokok.

Merokok dapat menyebabkan, itu bukan berarti merokok pasti menyebabkan. Untuk lebih mudah memahaminya saya berikan contoh, menyetir sambil menelepon dapat menyebabkan kecelakaan. Tapi apakah setiap orang yang menyetir sambil menelepon pasti mendapatkan kecelakaan? Tentu tidak. Cuman berisiko. Benar, rokok memang tidak membuat kita kenyang dan gemuk, namun ada kenikmatan yang didapat bagi para pecandu rokok, kenikmatan yang tidak pernah dirasakan oleh perokok pasif.

Kita sering mendengar kata-kata seperti, apalah guna uang banyak kalau hati gelisah dan pikiran tak tenang. Contoh, untuk menenangkan hati dan pikiran kita butuh refreshing, salah satu caranya berlibur ke tempat wisata, di tempat tersebut kita membayar tiket masuk, tapi apakah uang yang telah kita keluarkan untuk membeli tiket tersebut akan membuat kita kenyang dan gemuk? Jelas tidak. Tetapi hati kita merasakan senang dan pikiran pun jadi tenang, sehingga apa yang kita dapat tidak bisa dinilai dengan uang. Andai kita tidak pergi ke tempat tersebut atau berdiam di rumah tentu resiko kecelakaan tidak ada. Begitu juga sama halnya dengan merokok.

Jika membahas masalah rokok jangan sok-sok berdalih agama, tidak ada satu agama pun yang menyukai tabiat egois. Anda hanya menilai dari sisi kesehatan, namun anda meremehkan dari prospek ekonomi, bahkan anda tidak mempedulikan kepentingan orang sama sekali. Anda sedikit-sedikit selalu mengait-ngaitkan dengan agama, mengatakan merokok dilarang agama bahkan diharamkan. Pertanyaan saya, ayat mana dalam Al-quran yang mengharamkan merokok? Ayat yang benar-benar berhubungan dengan merokok, tidak dalam bentuk penggolongan. Seperti ayat-ayat yang mengaharamkan judi atau minuman keras.

Rokok telah memberikan banyak lapangan kerja bagi masyarakat, jutaan orang telah bergantung hidup dari rokok, mulai dari Para Pengusaha, Buruh pabrik rokok, Pekerja industri tembakau, Distributor, Sales, Pedagang, Petani tembakau, Media periklanan, dan lainnya. Sekedar memberitahukan saja, Perusahaan PT. Djarum menduduki posisi pertama pengeluaran biaya belanja iklan TV paling tinggi sepanjang mei 2015. Total belanja di seluruh televisi bernilai Rp 6,494 triliun. Berarti secara keseluruhan Djarum mengeluarkan dana sekitar 4,19% dari total belanja iklan.

Andai saja semua orang berhenti merokok, maka produksi rokok akan terhenti, kalau tidak ada lagi produksi maka perusahaan dipastikan gulung tikar, jika perusahaan tutup maka seluruh aktifitas ekonomi yang berhubungan dengan rokok akan terputus. Bisa dibayangkan berapa juta orang yang akan menjadi korban pengangguran, pengangguran akan berdampak ke kemiskinan, kemiskinan membuat masyarakat susah mencari makan, jika tidak ada lagi yang akan dimakan akhirnya berujung kematian. Itulah sebabnya pemerintah tidak pernah menghentikan rokok bahkan kementerian perindustrian mengeluarkan peraturan akan meningkatkan produksi rokok dengan pertumbuhan 5-7% pertahun hingga 2020.

Mereka ini memberikan kontribusi kepada negara, semua mereka mengeluarkan pajak penghasilan dan itu jelas sangat membatu memajukan perekonomian, andai saja rokok dihentikan, berapa anggaran yang akan dikelontorkan oleh pemerintah dalam upaya memberantas kemiskinan. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi malah dialihkan untuk program kemiskinan, yang pasti perekonomian negara akan terpuruk. Bisa-bisa Indonesia akan menjadi negara miskin dan tertinggal. Apakah itu yang kita inginkan?

Anda mengatakan merokok akan berdampak negatif, namun dampaknya tidak langsung terlihat sekarang, tapi dalam jangka panjang. Sementara apabila rokok dihentikan sekarang, maka dari sisi ekonomi akan berdampak langsung sekarang. Termasuk juga larangan untuk merokok dan mengatakan rokok itu haram agar masyarakat tidak mengkonsumsinya, tapi apakah anda memikirkan nasib orang-orang yang hidup keluarganya bergantung dari penghasilan rokok? Dan solusi apa yang anda berikan?

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. DJBC sepanjang tahun 2015 berhasil menyumbang penerimaan negara sebesar 92,5% dari target APBNP. Jumlah penerimaan dari kepabeanan dan cukai yaitu Rp 180,4 triliun. Rinciannya adalah Rp 31,9 triliun dari bea masuk, Rp 144,6 triliun dari cukai, dan Rp 3,9 triliun dari bea keluar. Target penerimaan dari bea dan cukai dalam APBNP 2015 adalah Rp 195 triliun, dan 96,4% dari penerimaan cukai disumbangkan dari cukai rokok, sebesar Rp 139,5 triliun. Khusus cukai rokok melebihi target APBNP 2015, yaitu 100,3%.

Ditjen Bea dan Cukai juga memungut pajak dalam rangka impor (PDRI) dan PPN hasil tembakau sebesar Rp 193,6 triliun. Maka total penerimaan yang dipungut oleh DJBC adalah Rp 374 triliun atau 30,3% dari realisasi penerimaan pajak sebesar Rp 1.235,8 triliun.

Dari tahun ke tahun, realisasi penerimaan lembaga itu selalu meningkat. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata peningkatannya sebesar 8,3%. Tahun 2015 meningkat 9,9% dibanding tahun 2014, rinciannya yaitu Rp 162,6 triliun pada 2014 menjadi Rp 180,4 triliun pada 2015. Itu artinya industri rokok dan industri hasil tembakau berkontribusi besar dalam pajak, hanya dengan nilai industri Rp248 triliun. Sementara industri dan BUMN hanya mampu berkontribusi senilai 8,5 persen padahal dari sisi nilai industri mencapai Rp1,890 triliun.

Berdasarkan informasi APBN 2016, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk kesehatan sebesar Rp 104,8 triliun atau sekitar 5% dari total belanja negara, yaitu Rp 2.095,7 triliun. Dari anggaran yang Rp 104,8 triliun tersebut, tidak hanya dialokasikan untuk penyakit yang disebabkan oleh rokok, namun mencakup untuk keseluruhan seperti, untuk kementerian negara/lembaga (Kemenkes, BPOM, BKKBN, dll), transfer ke daerah dan dana desa bahkan termasuk untuk anggaran  melalui pembiayaan.

Jadi terbukti salah bagi yang mengatakan, rokok memang memberikan penghasilan kepada negara tapi anggaran yang dikeluarkan negara untuk mengatasi penyakit yang disebabkan rokok belum sebanding dengan pajak yang diterima negara. Justru menurut data dan fakta yang ada, anggaran yang dikeluarkan belum ada apa-apanya jika dibandingkan keuntungan yang didapat, baik nilai rill maupun nominal yang terdapat dari rokok.

Sungguh pun begitu namun saya melarang keras merokok bagi anak-anak. Alasannya sederhana, karena “Merokok Membunuhmu”. Bukan karena identik dengan anak nakal atau bandel, tetapi lebih kepada tugas dan posisimu. Tugasmu yaitu sekolah, dan posisimu di keluarga masih anak-anak walaupun kalian telah SMA namun kalian belum berpenghasilan. Kalian dikasih uang jajan sama orang tua bukan untuk beli rokok, itu sama artinya kalian telah menipu orang tua, kalian tahu dosanya menipu orang tua? Dosa itulah yang akan membunuhmu. Terimakasih.