|
Ilustrasi |
Setiap anak bangsa harus punya mimpi, punya cita-cita dan
punya tujuan masa depan. Tidak terkecuali bagi anak-anak yang putus sekolah. Untuk
menekan angka putus sekolah, pemerintah telah memberikan program sekolah gratis
sehingga anak-anak yang kurang mampu dapat mengecap pendidikan secara gratis.
Bahkan pemerintah juga memberikan program pendidikan luar sekolah, seperti
paket A, B dan C bagi yang putus sekolah.
Namun sekolah gratis bukanlah sekolah tanpa biaya, walaupun
tidak bayar SPP, tapi masih banyak berbagai pungutan lain, bayar uang ini itu,
biaya peralatan sekolah, seragam, dan lainnya. Sama dengan “Bernafas itu
gratis tapi kalau hirup udara bayar”. Wujud yang berbeda tetapi hakekatnya
tetap sama.
Perlu juga diketahui bahwa anak-anak yang putus sekolah bukan
hanya karena himpitan ekonomi semata, tapi kebanyakan berasal dari faktor diri
mereka sendiri, minimnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan, bangun pagi
dan belajar adalah rutinitas yang membosankan, sehingga semangat ke sekolah menjadi
rendah, akhirnya berhenti sekolah menjadi pilihan yang menyenangkan. Selain itu
faktor keluarga dan lingkungan juga berpengaruh terhadap anak putus sekolah.
Bagi yang dulu beranggapan jika tidak sekolah itu menyenangkan,
apakah sekarang masih menyenangkan? Tentu merupakan sebuah penyesalan yang
mendalam. Sebab membatasi pilihan untuk mencari pekerjaan, akhirnya hanya bisa
mencari uang sebagai Buruh kasar, Kuli bangunan, Pedagang kaki lima, Tukang
ojek, ke Sawah, ke Ladang dan lain-lain, yang intinya pekerjaan yang
mengandalkan otot. Sebenarnya pekerjaan tersebut tidak hina karena juga termasuk
profesi. Pertanyaan saya, sampai kapan kalian akan punya tenaga kuat?
Misalkan sekarang kalian bekerja di salah satu perusahaan
skala kecil. Tugasmu angkat ini angkat itu, masuk pagi pulang malam, salah
sedikit kena bentak, gaji pun ditunda-tunda. Anehnya, kalian masih bisa berkata,
“Boss-ku orangnya baik, keinginanku dipenuhi, kinerjaku selalu dipuji, di depan
orang aku selalu disanjung-sanjung”. Namun perlu kalian ketahui, begitulah cara
dia membayar tenagamu. Semuanya selagi kalian bertenaga, karena tenaga kalian
sangat dibutuhkan. Namun ketika kalian tidak lagi bertenaga semuanya lain
cerita, yang jelas kalian tidak lagi dibutuhkannya, ujung-ujungnya bersiaplah
untuk terbuang. Mungkin kalian kasihan melihat saya bekerja siang
malam, tapi jujur, saya menangis melihat kalian bekerja seperti itu.
Oleh karena itu, saya menghimbau kepada Mahasiswa, Guru, Dosen
dan Akademikus lainnya, mengajak secara bersama-sama untuk merangkul dan
membimbing anak-anak yang putus sekolah. Memberikan mereka motivasi untuk bangkit,
supaya mereka mempunyai sikap optimisme dalam meniti kehidupan masa depan,
bahkan menjadikan mereka sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan
kompetitif.
Jika semua itu terwujud, maka sangat berpengaruh terhadap
kemajuan perekonomian daerah maupun negara yang lebih baik. Sekaligus menjawab
tantangan Presiden tentang penyiapan kapasitas produktif dan Sumber Daya Manusia,
yang dilontarkan pada pidato kenegaraan di gedung MPR/DPR/DPD-RI Senayan,
Selasa kemarin, semoga saja terwujud. Kita tahu, mungkin sekarang ini kita begitu
mendewakan Amerika (USA), tapi nanti kita akan menjadikan Indonesia kiblatnya
Amerika, termasuk seluruh negara yang ada di bumi ini. Perekonomian Indonesia akan
menjadi penentu pergerakan perekonomian negara-negara di dunia. Bahkan mereka
semua akan bangga mengenakan kaos bertuliskan “I Love Indonesia”. Beberapa
dekade lalu Amerika bukanlah apa-apa, lagipula Amerika dan Indonesia sama-sama
negara bekas penjajahan. So, tidak ada yang mustahil.
Berdasarkan pemantauan langsung dari penulis, anak yang putus
sekolah ini mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi. Misalkan saat mereka
main domino, pada dasarnya permainan domino membutuhkan hitung-hitungan, harus
punya strategi dalam bermain, perlu perhitungan yang tepat. Ternyata mereka
mampu melakukan semua itu, buktinya mereka jago main domino. Tetapi yang
mengherankan, mereka enggan belajar dan berpikir yang berhubungan dengan ilmu
pendidikan. Saya beranggapan ada 2 kemungkinan mereka malas menuntut ilmu
pendidikan. Pertama, mungkin sekolah menerapkan metode pembelajaran yang tidak
efektif. Atau yang kedua, mungkin mereka masih berpola pikir anak kecil. Sebab
mereka lebih antusias berpikir sambil bermain. Berdasarkan anggapan tersebut saya
menyarankan, untuk meninjau kembali metode pembelajaran yang diterapkan oleh
sekolah, agar tidak ada lagi anak-anak yang menjadi korban putus sekolah, dan jika
ingin mengajari anak putus sekolah, kemaslah pelajaran dalam bentuk permainan,
sehingga mereka tertarik mempelajarinya.
Selain itu anak yang putus sekolah memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi, hal tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari, mereka sering tanya ini itu ke temannya yang mahasiswa. Contoh, siapakah
dosen itu? kost itu apa? apakah dosen sama dengan pemilik kost? Apakah jurusan
yang ada di perkuliahan sama maksudnya dengan jurusan yang ada di sekolah?
Soalnya jurusan yang disekolah berbeda maksud dengan jurusan yang ada di
angkot, berarti kemungkinan berbeda ada, sama atau beda? Kenapa jika orang
pergi merantau tujuannya itu ke kota? Apa karena di desa tidak ada artis cantik?
Dan banyak lagi macam pertanyaannya.
Namun kita sayangkan, aktifitas mahasiswa lebih sibuk pada
gadgetnya sendiri ketimbang berinteraksi dengan temannya, kalau berkomunikasi
mahasiswa sering menggunakan bahasa intelektual yang tinggi, seperti konspirasi,
aliansi, akselerasi, progresif, impulsif, konservatif, dan sebagainya, pokoknya
hantam pakai bahasa yang terlalu intelektual. Anak-anak yang tidak sekolah mana
ada yang ngerti, justru mereka malah bingung sendiri, satu pertanyaan sederhana
menimbulkan beribu pertanyaan lain di kepala. Walaupun penggunaan bahasa ilmiah
tidak dilarang, namun saat berkomunikasi sesuaikanlah dengan lawan bicara,
gunakan bahasa yang mudah mereka pahami. Sehingga apa yang disampaikan tidak sia-sia,
tidak membuang waktu dan tenaga.
Kalian boleh menggunakan bahasa yang ilmiah atau bahasa yang
menggunakan istilah teknis saat berkomunikasi dengan mereka, tetapi jelaskan
kembali ke dalam bentuk yang sederhana. Sebab sekarang ini penggunaan bahasa
tersebut telah menjalar dalam kehidupan sehari-hari baik lisan maupun tulisan.
Ada hal lain yang membuat saya merasa kagum dan salut kepada
anak yang putus sekolah ini, yaitu sewaktu pelaksanaan upacara bendera HUT RI
ke-71 kemarin. Mereka ikut melaksanakan upacara bendera, mereka mengikuti
dengan hikmat dan tertib, turut hormat ketika Sang Merah Putih dikibarkan,
bahkan mereka ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan suara yang lantang.
Walaupun saat itu posisi mereka berada dibalik pagar, namun itu tidak menghalangi
rasa cinta mereka terhadap Indonesia. Merdeka!
Setiap perusahaan baik Swasta maupun BUMN/BUMD, Domestik atau
Asing, termasuk PNS, semuanya menggunakan standar pendidikan dalam proses
rekrutmen karyawan. Ijazah adalah syarat mutlak untuk masuk ke sana. Namun bagi
kalian yang tidak sekolah tentunya tidak bisa ikut berkompetisi. Tetapi itu
bukan berarti kalian harus memupuskan mimpi untuk sukses, bukan alasan untuk
berkutat pada ketertinggalan, tidak alasan untuk malas belajar, yang pasti
kalian mempunyai harapan yang besar untuk masa depan dengan cara yang lain. Jalan
satu-satunya adalah menjadi Wirausaha.
Dengan berwirausaha tidak tertutup kemungkinan suatu saat
nanti kalian bisa lebih sukses dari mereka yang memiliki pendidikan, bahkan kalian
bisa mempekerjakan mereka sebagai karyawan di perusahaan kalian sendiri. Selagi
nyawa belum lepas dari tubuhmu, kesempatan itu pasti ada. Maka rajinlah kalian
untuk belajar dari sekarang.
Menjadi pengusaha itu bebas, menyenangkan dan banyak uang.
Syarat jadi pengusaha pun tidak sulit, tidak harus sekolah, tidak butuh ijazah,
tetapi harus memiliki ilmu. Karena ilmu adalah syarat mutlak untuk menjadi
pengusaha yang sukses. Tidak ada orang yang sukses tanpa ilmu, walaupun orang
sukses tersebut tidak sekolah itu bukan berarti mereka tidak belajar. Untuk itu
ubahlah pola pikir kalian, membuang pola pikir yang menganggap ilmu itu tidak
penting.
Betapa banyaknya orang yang sukses tanpa melalui pendidikan
tinggi. Salah satu tokoh yang putus sekolah adalah Susi Pudjiastuti. Ia hanya
mengenyam pendidikan hingga kelas II SMA, berarti ia hanya memiliki ijazah SMP.
Kendati demikian, ia adalah pemilik sekaligus CEO PT. ASI Pudjiastuti Marine
Product dan PT. ASI Pudjiastuti Aviation. Perusahaan tersebut adalah perusahaan
skala besar, ia termasuk pebisnis berpengaruh di kancah nasional bahkan
internasional. Dan sekarang ia menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan
RI. Sebuah jabatan dan posisi yang bergengsi tinggi. Apakah mungkin seseorang
yang tidak tamat sekolah menjadi pemilik bahkan Direktur Utama (CEO) perusahaan
besar? Apakah mungkin seseorang menjadi menteri hanya bermodalkan ijazah SMP? Semua
itu tentu karena ilmu yang dimilikinya.
Menuntut ilmu tidak harus melalui pendidikan umum, karena
pendidikan umum hanyalah sebuah formalitas. Namun banyak cara lain untuk
mendapatkan ilmu. Seperti pelatihan, kursus, homeschooling, SKB, PKBM, baca
buku, bertanya, melalui internet, dan lain sebagainya.
Ketika saya tanya, kenapa anda tidak buka usaha saja? Pada
umumnya jawaban mereka sama, yaitu tidak punya uang untuk modal. Perlu anda
ketahui, uang hanyalah aset. Uang bukanlah modal utama dalam berwirausaha. Modal
yang sesungguhnya dalam berwirausaha adalah keberanian. Berapa banyak orang
yang punya uang ingin berwirausaha tapi mereka tidak punya keberanian, ujung-ujungnya
tidak jadi buka usaha. Ketidakberanian tersebut bisa dalam bentuk, gengsi,
malu, takut tidak ada yang membeli, lancar atau macet, nanti jika gagal maka akan
rugi. Inilah yang dinamakan sikap mental yang cacat. Lancar atau gagal
merupakan sikap mental berani atau tidaknya dalam mengambil resiko. Mungkin
dirimu saja yang menganggap malu, sebenarnya orang salut padamu. Dimana
datangnya rugi? Usaha saja belum dimulai.
Bagi para pebisnis pemula ada satu cara untuk mengatasi
kerugian yang besar, yaitu mulailah dengan modal yang kecil. Sungguh pun rugi
maka kerugian anda tidak besar. Apabila memulai dengan modal yang besar jika
mengalami kerugian maka akan berdampak pada mental wirausaha, semangat jadi
runtuh, mudah putus asa, bahkan tidak berani lagi untuk memulai. Jika anda
mengalami kerugian, itu bukan berarti usaha anda tidak bagus atau tidak cocok menjadi
pengusaha tetapi karena adanya kesalahan dalam usaha, mungkin pemasaran yang
salah, kualitas produk salah, pelayanan salah, harga penjualan yang salah, dan kesalahan
lainnya. Maka periksalah kembali kesalahan apa yang telah kalian lakukan.
Bahkan tanpa modal pun orang juga bisa berwirausaha. Contoh,
cari kenalan yang mempunyai barang dagangan, bikin kesepakatan, pakai dulu barang
tersebut setelah terjual baru bayar. Seumpama berjualan minyak goreng, anda
memakai 5 Kg minyak goreng, dalam 5Kg tersebut ada keuntungan untuk anda 1 Kg-nya.
Setelah terjual segera bayarkan lalu ambil lagi yang baru ditambah ½ Kg yang
berasal dari keuntungan sebelumnya, ½ Kg lagi mungkin untuk anda konsumsi, maka
modal anda selanjutnya menjadi 5 ½ Kg. Begitu
seterusnya. Ingat, jangan gunakan seluruh keuntungan untuk hal-hal konsumtif,
tetapi tambahkan sebagian keuntungan tersebut ke modal. Jika tidak begitu kapan
usahanya menjadi besar.
Di era modernisasi seperti sekarang ini, tidak terlepas
dengan namanya Gadget salah satunya Smartphone. Bahkan anak yang tidak sekolah
juga banyak yang menggunakannya. Kebanyakan fungsi smartphone bagi mereka hanya
untuk jejaring sosial (facebook, twitter, BBM, WA, instagram, dan lain-lain),
untuk selfie, games, dan paling utama hanya untuk mengikuti tren sebagai gaya-gayaan
agar dipandang keren.
Bagi yang putus sekolah, kalian bisa gunakan smartphone untuk
menuntut ilmu atau mencari informasi. Karena smartphone didukung oleh web
browser, jadi kalian bisa mencari ilmu apa saja di sana. Fungsikan semua
aplikasi yang ada pada smartphonemu, yang dalam arti bermanfaat. Dapatkanlah
kemudahan-kemudahan melalui smartphone yang kalian punya. Smartphone jika
diartikan ke bahasa Indonesia adalah Telepon Pintar, Telepon saja pintar masa penggunanya tidak. Kalau smartphone
tersebut memiliki sifat sombong mungkin telah tertawa cengengesan, ngejek atau
cemooh, tapi untung saja sifat tersebut tidak dimilikinya. Maka jadilah penguna yang
cerdas.
Dengan berbekal ilmu yang kalian miliki, kalian tidak lagi
harus membutuhkan otot yang kuat, sampai tua sekali pun kalian akan bisa
bekerja. Selain itu pola pikirmu akan terbuka, kalian akan tahu bagaimana
menemukan peluang-peluang usaha, peningkatan kualitas produk, cara pemasaran
yang efektif, menciptakan ide-ide kreatif, melakukan inovasi, yang pasti pendapatan kalian tidak sekecil
bekerja tanpa ilmu.
Kita sering mendengar jika berwirausaha pakailah teori ekonomi, "Modal sekecil-kecilnya untung sebesar-besarnya", itu adalah teori yang keliru, tidak ada ekonomi melahirkan teori begitu. Mungkin lebih tepatnya itu adalah teori orang minang berdagang. Jika anda menggunakan teori semacam itu, percaya atau tidak usaha kalian tidak akan bertahan lama. Kalau ingin untung besar ya harus dengan modal yang besar pula. Contoh, apakah mungkin dengan modal Rp 50.000 dapat untung Rp 3.000.000? apakah mungkin PT. Pertamina mendapat keuntungan triliunan rupiah dengan modal hanya jutaan rupiah? tentu dengan modal yang triliunan juga. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar tentu harus membawa resiko yang besar pula. Sebagai langkah awal pelajari dulu dasar-dasarnya, tidak
perlu ke teori. Karena menguasai seluruh teori tanpa dipraktekkan percuma. Justru
hasil prakteklah yang akan membentuk sebuah teori. Jadi, kalian jangan terjebak dengan slogan-slogan "Silahkan bergabung dengan kami, dapatkan keuntungan yang besar hanya dengan modal yang kecil", itu adalah Hoax.
Kendati demikian, jika kalian ingin menjadi pengusaha yang
sukses, jangan menghindar dari angka-angka karena hitung-hitungan itu penting, sebab
Laba dan Rugi terbentuk dari angka-angka, jika kalian malas untuk berhitung maka
akan ada kesempatan pekerja memanipulasi laporan dan merekayasa angka-angka
keuangan. Pastinya kalian akan mudah ditipu.
Tahu tidak, nanti pertanyaan orang bukan “Dulu tamatan apa?”
tetapi “Apa kerjamu sekarang?” itulah pertanyaan utama yang biasa muncul di
awal pertemuan dengan teman lama. Mungkin dengan bangganya kalian menjawab, “Baju
dan sepatu yang saudara pakai adalah produk dari perusahaan saya”. Dan ketika
isterimu ditanya sama temanya, “Suamimu kerjanya dimana?”, mungkin dia akan menjawab,
“Suamiku pemilik perusahaan ditempat suamimu bekerja”.
Saya begitu mengagumi pengusaha yang sukses, walau mereka
sukses dengan menempuh pendidikan yang tinggi. Namun apabila seseorang mencapai
kesuksesan yang bermula tidak tamat sekolah, jujur saya sungguh mengidolakannya. Maka jadilah kalian orang-orang
yang diidolakan. Terimakasih