Jumat, 12 Agustus 2016

Rokok Miliki Nilai dan Keuntungan yang Tinggi

Perusahaan rokok




Kali ini kita akan membahas masalah rokok. Apa anda termasuk orang-orang yang merokok? atau termasuk yang diputusin pacar karena merokok? Kalau memang benar diputusin karena rokok, kasihan juga ya, gampang saja percaya dengan alasanya. Kita membahas topik rokok bukan karena saya sebagai perokok merasa terusik, namun saya akan memberikan sudut pandang yang berbeda dan mungkin manfaatnya lebih besar dari sisi yang selalu mereka koar-koarkan.

Selama ini isu rokok dan merokok menjadi polemik di masyarakat, terutama ketika dikaitkan dengan dampak negatif yang timbul akibat merokok, seperti yang dinyatakan dalam iklan maupun di bungkus rokok tersebut, dengan tulisan Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin” dan sekarang tulisan tersebut dibuat lebih menarik lagi, pakai gambar yang hampir menutupi setengah dari bungkusnya, bahkan yang uniknya ada tulisan kecil dibawah gambar tersebut, Merokok Membunuhmu”. Wow, inovatif sekali. Sebuah kreatifitas yang harus kita apresiasi.

Bahkan para dokter dan ahli medis telah sepakat akan bahayanya rokok bagi kesehatan manusia. Telah digelar berbagai seminar kedokteran yang berskala internasional, para dokter mengambil kesimpulan bahwa rokok telah menyebabkan berbagai macam penyakit yang berbahaya. Anehnya, dampak asap rokok bukan hanya untuk di si perokok aktif saja, namun punya dampak sangat serius bagi perokok pasif (orang yang tidak merokok), sebab perokok pasif akan menghirup dua kali lipat racun yang dihembuskan oleh si perokok aktif. Jadi sangat tidak adil bagi perokok pasif, tidak merokok tetapi malah menghirup racun dua kali lipat.

Kita juga sering menyaksikan dan mendengar penyudutan terhadap rokok, rokok adalah sesuatu yang membinasakan karena orang- orang yang mengkonsumsi rokok sama dengan orang yang meminum racun. Merokok sama artinya membelanjakan harta untuk hal yang tidak ada manfaatnya dan sia-sia. Padahal rokok tidaklah membuat kenyang dan gemuk, tanpa rokok pun kita masih bisa bertahan hidup. Justru rokok adalah musuh kita karena setiap saat mencuri uang kita dan membakar uang kita.

Ada juga yang mengatakan, boleh atau tidaknya untuk mengkonsumsi rokok, tidak perlu diperdebatkan lagi karena telah jelas keharaman rokok dan kerusakan yang disebabkannya, akan memporak-porandakan kaidah umum syariat islam yang menjunjung tinggi dalam melindungi jiwa, harta dan kemaslahatan umum.

Karena alasan tersebut, tergagaslah semacam peraturan larangan merokok di tempat umum, seperti, Masjid, Sekolah, Rumah Sakit dan Perkantoran. Dan bagi siapa yang melanggarnya akan dikenakan sanksi pidana berupa denda dan kurungan. Begitulah yang kita saksikan dan dengar selama ini.

Sebelumnya, saya mengapresiasi langkah pihak Medis dan Kesehatan yang telah mempedulikan kesehatan masyarakat. Namun langkah mengambil keputusan hanya berdasarkan satu sudut pandang saja, sangat tidak adil, terutama khusus dalam kasus rokok. Karena ada sisi lain yang mafaatnya lebih besar dan jika diremehkan maka akan berdampak sangat serius terhadap kelangsungan hidup manusia bahkan perekonomian negara.

Sebagaimana yang telah saya paparkan di atas dan telah diketahui oleh masyarakat umum, bahwa ternyata perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif, maka untuk mengurangi resiko tersebut, aktiflah merokok.

Merokok dapat menyebabkan, itu bukan berarti merokok pasti menyebabkan. Untuk lebih mudah memahaminya saya berikan contoh, menyetir sambil menelepon dapat menyebabkan kecelakaan. Tapi apakah setiap orang yang menyetir sambil menelepon pasti mendapatkan kecelakaan? Tentu tidak. Cuman berisiko. Benar, rokok memang tidak membuat kita kenyang dan gemuk, namun ada kenikmatan yang didapat bagi para pecandu rokok, kenikmatan yang tidak pernah dirasakan oleh perokok pasif.

Kita sering mendengar kata-kata seperti, apalah guna uang banyak kalau hati gelisah dan pikiran tak tenang. Contoh, untuk menenangkan hati dan pikiran kita butuh refreshing, salah satu caranya berlibur ke tempat wisata, di tempat tersebut kita membayar tiket masuk, tapi apakah uang yang telah kita keluarkan untuk membeli tiket tersebut akan membuat kita kenyang dan gemuk? Jelas tidak. Tetapi hati kita merasakan senang dan pikiran pun jadi tenang, sehingga apa yang kita dapat tidak bisa dinilai dengan uang. Andai kita tidak pergi ke tempat tersebut atau berdiam di rumah tentu resiko kecelakaan tidak ada. Begitu juga sama halnya dengan merokok.

Jika membahas masalah rokok jangan sok-sok berdalih agama, tidak ada satu agama pun yang menyukai tabiat egois. Anda hanya menilai dari sisi kesehatan, namun anda meremehkan dari prospek ekonomi, bahkan anda tidak mempedulikan kepentingan orang sama sekali. Anda sedikit-sedikit selalu mengait-ngaitkan dengan agama, mengatakan merokok dilarang agama bahkan diharamkan. Pertanyaan saya, ayat mana dalam Al-quran yang mengharamkan merokok? Ayat yang benar-benar berhubungan dengan merokok, tidak dalam bentuk penggolongan. Seperti ayat-ayat yang mengaharamkan judi atau minuman keras.

Rokok telah memberikan banyak lapangan kerja bagi masyarakat, jutaan orang telah bergantung hidup dari rokok, mulai dari Para Pengusaha, Buruh pabrik rokok, Pekerja industri tembakau, Distributor, Sales, Pedagang, Petani tembakau, Media periklanan, dan lainnya. Sekedar memberitahukan saja, Perusahaan PT. Djarum menduduki posisi pertama pengeluaran biaya belanja iklan TV paling tinggi sepanjang mei 2015. Total belanja di seluruh televisi bernilai Rp 6,494 triliun. Berarti secara keseluruhan Djarum mengeluarkan dana sekitar 4,19% dari total belanja iklan.

Andai saja semua orang berhenti merokok, maka produksi rokok akan terhenti, kalau tidak ada lagi produksi maka perusahaan dipastikan gulung tikar, jika perusahaan tutup maka seluruh aktifitas ekonomi yang berhubungan dengan rokok akan terputus. Bisa dibayangkan berapa juta orang yang akan menjadi korban pengangguran, pengangguran akan berdampak ke kemiskinan, kemiskinan membuat masyarakat susah mencari makan, jika tidak ada lagi yang akan dimakan akhirnya berujung kematian. Itulah sebabnya pemerintah tidak pernah menghentikan rokok bahkan kementerian perindustrian mengeluarkan peraturan akan meningkatkan produksi rokok dengan pertumbuhan 5-7% pertahun hingga 2020.

Mereka ini memberikan kontribusi kepada negara, semua mereka mengeluarkan pajak penghasilan dan itu jelas sangat membatu memajukan perekonomian, andai saja rokok dihentikan, berapa anggaran yang akan dikelontorkan oleh pemerintah dalam upaya memberantas kemiskinan. Anggaran yang seharusnya digunakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi malah dialihkan untuk program kemiskinan, yang pasti perekonomian negara akan terpuruk. Bisa-bisa Indonesia akan menjadi negara miskin dan tertinggal. Apakah itu yang kita inginkan?

Anda mengatakan merokok akan berdampak negatif, namun dampaknya tidak langsung terlihat sekarang, tapi dalam jangka panjang. Sementara apabila rokok dihentikan sekarang, maka dari sisi ekonomi akan berdampak langsung sekarang. Termasuk juga larangan untuk merokok dan mengatakan rokok itu haram agar masyarakat tidak mengkonsumsinya, tapi apakah anda memikirkan nasib orang-orang yang hidup keluarganya bergantung dari penghasilan rokok? Dan solusi apa yang anda berikan?

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. DJBC sepanjang tahun 2015 berhasil menyumbang penerimaan negara sebesar 92,5% dari target APBNP. Jumlah penerimaan dari kepabeanan dan cukai yaitu Rp 180,4 triliun. Rinciannya adalah Rp 31,9 triliun dari bea masuk, Rp 144,6 triliun dari cukai, dan Rp 3,9 triliun dari bea keluar. Target penerimaan dari bea dan cukai dalam APBNP 2015 adalah Rp 195 triliun, dan 96,4% dari penerimaan cukai disumbangkan dari cukai rokok, sebesar Rp 139,5 triliun. Khusus cukai rokok melebihi target APBNP 2015, yaitu 100,3%.

Ditjen Bea dan Cukai juga memungut pajak dalam rangka impor (PDRI) dan PPN hasil tembakau sebesar Rp 193,6 triliun. Maka total penerimaan yang dipungut oleh DJBC adalah Rp 374 triliun atau 30,3% dari realisasi penerimaan pajak sebesar Rp 1.235,8 triliun.

Dari tahun ke tahun, realisasi penerimaan lembaga itu selalu meningkat. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata peningkatannya sebesar 8,3%. Tahun 2015 meningkat 9,9% dibanding tahun 2014, rinciannya yaitu Rp 162,6 triliun pada 2014 menjadi Rp 180,4 triliun pada 2015. Itu artinya industri rokok dan industri hasil tembakau berkontribusi besar dalam pajak, hanya dengan nilai industri Rp248 triliun. Sementara industri dan BUMN hanya mampu berkontribusi senilai 8,5 persen padahal dari sisi nilai industri mencapai Rp1,890 triliun.

Berdasarkan informasi APBN 2016, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk kesehatan sebesar Rp 104,8 triliun atau sekitar 5% dari total belanja negara, yaitu Rp 2.095,7 triliun. Dari anggaran yang Rp 104,8 triliun tersebut, tidak hanya dialokasikan untuk penyakit yang disebabkan oleh rokok, namun mencakup untuk keseluruhan seperti, untuk kementerian negara/lembaga (Kemenkes, BPOM, BKKBN, dll), transfer ke daerah dan dana desa bahkan termasuk untuk anggaran  melalui pembiayaan.

Jadi terbukti salah bagi yang mengatakan, rokok memang memberikan penghasilan kepada negara tapi anggaran yang dikeluarkan negara untuk mengatasi penyakit yang disebabkan rokok belum sebanding dengan pajak yang diterima negara. Justru menurut data dan fakta yang ada, anggaran yang dikeluarkan belum ada apa-apanya jika dibandingkan keuntungan yang didapat, baik nilai rill maupun nominal yang terdapat dari rokok.

Sungguh pun begitu namun saya melarang keras merokok bagi anak-anak. Alasannya sederhana, karena “Merokok Membunuhmu”. Bukan karena identik dengan anak nakal atau bandel, tetapi lebih kepada tugas dan posisimu. Tugasmu yaitu sekolah, dan posisimu di keluarga masih anak-anak walaupun kalian telah SMA namun kalian belum berpenghasilan. Kalian dikasih uang jajan sama orang tua bukan untuk beli rokok, itu sama artinya kalian telah menipu orang tua, kalian tahu dosanya menipu orang tua? Dosa itulah yang akan membunuhmu. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar