Saya
adalah seorang anak petani yang berasal dari daerah Solok, saya tinggal di
sebuah perkampungan, mata pencarian masyarakatnya mayoritas bertani. Dimana
kampung kami masih kental dengan mitos dan perdukunan. Tidak usah pula heran,
karena kampung kami hanya salah satu bagian kecil dari beribu kampung di
Nusantara ini yang masih percaya mitos dan perdukunan. Mitos masih dipercaya
karena masyarakat masih beranggapan bahwa mitos sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat, khususnya masyarakat tradisional yang budaya kedaerahannya masih
sangat kental. Mereka kebanyakan mengabaikan logika, dan lebih mempercayai
hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka.
Kita
semua berharap, orang-orang yang pergi ke Solok tidak hanya untuk menuntut ilmu
dukun atau sekedar syuting film untuk tayangan mistik/klenik yang berkembang
pesat di dunia pertelevisian sekarang ini. Seperti yang telah kita ketahui jika
orang ingin ke Sumatera Barat, kebanyakan dari mereka hanya mengenal 2 tempat
saja, yaitu Padang atau Bukittinggi. Ada juga ke Solok tapi mereka adalah
orang-orang Solok yang pulang dari rantau.
Jika
dilihat dari kondisi geografisnya daerah Solok berpotensi besar dalam
Pariwisata dan Bisnis. Sekedar memberitahukan saja, Solok adalah penghasil
beras berkualitas terbaik di Sumbar. Bahkan seorang Pendiri Singapura Modern,
Thomas Stamford Raffles mengatakan, bila seseorang baru saja memasuki daerah
Selayo (Solok), maka sejauh mata memandang hanya akan terlihat hamparan sawah.
Sehingga Nuskan Syarif pada tahun 1960an menciptakan sebuah lagu “Bareh Solok”
yang dipopulerkan oleh Elly Kasim.
Solok
mempunyai kebudayaan yang luhur, kesenian adat yang menarik, bahkan pada pesta
pernikahan lebih semarak dari pada pesta demokrasi, acara “Bararak” misalkan,
sewaktu pengantin “diarak” dari rumah “induak Bako”, orang yang mengiringi
pengantin tersebut panjangnya mencapai 1 kilo meter, yang lebih menariknya para
pengiring ini rapi dan teratur, tampak seperti “itik pulang petang”, ditambah
lagi di atas kepala mereka terponggok “Katidiang hitam” tanpa dipegang. Bagi
kami itu sebuah tontonan yang sangat menarik ketimbang nonton arak-arakan
Presiden.
Selain
itu Solok juga mempunyai berbagai tempat wisata yang menarik, ada Pulau
Belibis, Taman Bidadari, Laing Park, Sarasah dan puluhan tempat wisata lainnya.
Bahkan Solok memiliki 4 danau yang sangat cantik, diantaranya adalah Danau
Singkarak. Singkarak adalah danau terluas di Sumbar dan danau ini pula yang
dijadikan ikon event terbesar di Indonesia yang merupakan ajang internasional
setiap tahunnya, yakni Tour de Singkarak. Yang paling eksotik Solok memiliki
gunung sangat indah, tingginya mencapai 37 kali dari tinggi Gunung Pangilun
Padang, Woow. Jika disebutkan semuanya, yang saya kwatirkan travelling keluar
negri anda akan batal.
Tujuan
terpenting dari pembahasan ini adalah membentuk Solok sebagai daerah yang
modern dan menjadikan sentral bisnis di Sumbar. Agar semua itu tercapai kita
harus mengubah pola pikir masyarakat, yang masih terbelenggu dengan mitos dan
perdukunan. Selama mitos dan perdukunan mengakar kuat di masyarakat, selama itu
pula masyarakat tersebut menginginkan ketertinggalan dan kemajuan akan sulit
tercapai.
Tradisi pernikahan di Kota Solok |
Pembahasan
ini bukanlah semacam pengajian atau ceramah agama, namun ini adalah bentuk
penyampaian bahwa yang anda yakini itu salah, karena bertentangan dengan ajaran
Islam sendiri dan jika dikaji secara logika sangat tidak logis. Kita membahas
masalah mitos dan perdukunan, berarti merujuk kepada sebuah keyakinan, karena
saya seorang muslim maka akan berpedoman kepada Al-Quran. Islam adalah agama
yang mengagungkan kebenaran, islam juga agama yang mengagungkan ilmu dan
mengharamkan berkata tanpa didasari ilmu yang tidak jelas kebenarannya. Mitos
dan perdukunan merupakan salah satu ilmu yang tidak jelas kebenarannya.
Berdasarkan
defenisi yang saya kutip, mitos adalah satu cerita, pendapat atau anggapan
dalam sebuah kebudayaan, yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu
perkara yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu, yang kebenarannya belum
tentu benar adanya (Harry Lubis, 2009).
Mitos,
mungkin sama tuanya dengan bahasa itu sendiri. Namun beberapa mitos dapat
bertahan karena memberikan nasehat yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari.
Contoh, tidak boleh potong kuku malam hari, setelah makan piring harus disirami
air, tidak boleh bolak-balik sebelum berpergian jauh, anak gadis dilarang duduk
depan pintu, dan lain sebagainya.
Sekarang
kita kaji satu persatu secara logika dari beberapa contoh mitos tersebut.
Pertama, jika ada anak yang potong kuku malam hari maka orang tuanya melarang.
Alasan mereka adalah karena dapat mengundang kedatangan binatang berbisa atau
maklus halus. Kita semua tahu, di zaman dahulu sewaktu malam tiba hanya pakai
lampu minyak tanah untuk penerangan, tidak pakai lampu listrik seperti
sekarang, jadi cahayanya itu terbatas, apapun yang dilihat akan tampak
samar-samar. Sementara alat yang digunakan untuk memotong kuku adalah benda
tajam. Itulah sebabnya orang tua melarang karena tidak ingin anaknya terluka.
Maka diciptakanlah mitos untuk mencegah hal tersebut.
Kedua,
jika piring tidak disirami air setelah makan, bayangkan betapa repotnya ketika
Sang ibu mencuci piring, kotoran yang lengket pada piring tersebut menjadi
keras, harus membutuhkan waktu lama dan tenaga yang ekstra untuk mengangkat
kotoran tersebut. Oleh karena itu Sang ibu mengajarkan pada anaknya setelah
makan piring harus disirami, supaya anaknya mau menurut ditakut takutilah
dengan mitos. Seperti, jika tidak disirami air setelah mati nanti kuburannya
retak-retak.
Ketiga,
tidak baik bolak-balik dalam berpergian, Sebelum berpergian jauh sering
diingatkan sama orang tua jangan sampai ada barang-barang yang ketinggalan,
nanti kalau sudah di jalan apabila ada yang ketinggalan tidak baik bolak-balik
ke rumah, jika balik itu petanda tak baik dalam perjalanan. Ketika orang
terdekat melepas kepergian kita ke suatu tempat, mereka melepas dengan perasaan
haru dan sedih, setelah kita berangkat mereka bisa menerima atas kepergian
kita, tapi sewaktu kita balik mereka senang lagi, lalu kita pergi lagi, yang
jelas mereka sedih lagi, intinya kalau bolak-balik mereka sedihnya jadi 2 kali.
Kurasa alasannya hanya masalah perasaan saja.
Selanjutnya,
Anak gadis dilarang duduk di depan pintu, ketika sang gadis duduk di depan
pintu, tiap ada pemuda yang lewat selalu menggodanya, bermacam-macam godaan
dari sang cowok, “ngapain sendirian di sana, jalan-jalan yuk”, “lagi nungguin
siapa nih, abang ya?”, “kamu cantik banget, tawarin aku mampir dong”, pokoknya
banyak, minimal “hai, cewek” atau “suit suuiiiitttt”. Sang Bapak yang melihat
kejadian begitu tidak senang hati, “Kau masuk ke dalam rumah, Nak. Kau tidak
ada lagi cerita duduk di depan pintu.” Nah, dari kejadian semacam itulah
terciptanya sebuah mitos untuk menakuti-nakuti anaknya. Bagi anak gadis yang
duduk di depan pintu jauh dari jodoh. Siapa sih yang tidak takut tidak dapat
jodoh, kurasa semua.
Namun
dengan mitos tersebut, di zaman sekarang kita sudah jarang melihat anak gadis
duduk di depan pintu. Tapi, sekarang mereka nongkrong di pinggir jalan, konvoi
dengan motor, hangout, clubbing, dan sebagainya. Jika dinasehati, mereka bilang
“ini emansipasi wanita”. Saya yakin kesetaraan gender yang dimaksud RA. Kartini
bukanlah semacam itu. Yang saya heran wanita mintanya kesetaraan, tapi ketika
cewek dan cowok pergi makan tetap saja cewek enggan mau bayar makanannya
sendiri, atau suami minta ke isteri bersama-sama menafkahi keluarga, jawab
isteri, “wanita tercipta dari tulang rusuk kenapa dijadikan tulang punggung”.
inikah yang dinamakan kesetaraan?
Namun
ini tidak menjadi fokus dalam bahasan saya, terpenting bagi kalian yang
mengatakan itu emansipasi, bagi saya tidak masalah, selagi kalian tidak
merugikan orang lain dan diri sendiri, silahkan. Always do your best, and let
God next. Anggap saja ini namanya artikel tarik-ulur, cerita pergi kemana-mana
kalau sudah jauh kita tarik lagi, lalu ulur lagi. Yang penting topik kita
sampai. So, maklumi saja. Okey.
Kembali
ke topik, namun banyak mitos yang meluas salah satunya adalah mitos sekitar
hal-hal mistis, ini jelas sekali bertentangan dengan agama dan tidak efektif
untuk kemajuan teknologi dan globalisasi modern. Di daerah Jawa ada namanya
hantu kuntilanak, genderuwo, sundel bolong, pocong, tuyul, dan lain sebagainya.
Bahkan setiap daerah mempunyai mitos dan kepercayaan berbeda-beda tentang hal
mistis tersebut. Di tanah Minang ada namanya hantu sibunian, hantu aru-aru,
hantu suluah, palasik, inyiak (rimau), siampa, dewa, dan hantu lainnya. Dari
sekian banyak jenis hantu di Minang, hantu sibunian inilah yang paling
terkenal, konon katanya Gamawan Fauzi (Mantan Bupati Solok) hilang di hutan
karena Sibunian ini. Padahal itu hanya sebuah lirik lagu Pak Gamawan, “Sibunian
Bukik Sambuang”. Lagu yang luar biasa.
Kita
sering melihat tayangan di telivisi, misalkan acara “Tuyul Jalan-jalan”
(plesetan), acara yang dipandu oleh Host komedian senior. Mereka pergi ke
sebuah pelosok desa terpencil hanya untuk mencari sejenis hantu, lalu Sang
Paranormal menggambarkan bentuk dari hantu tersebut. Dan ironisnya acara
tersebut mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Pertanyaan saya,
Kenapa harus mencari setan (hantu) ke Pelosok-pelosok Desa yang terpencil
bahkan ke Bangunan tua yang tak berpenghuni? Apakah mereka tidak tahu, kalau
sebenarnya setan itu banyaknya di Kota, di tempat-tempat Clubbing, Kost-kost
an, di Hotel- hotel, di Pasar atau di Kantor para koruptor.
Jika
ada yang mengatakan bisa melihat setan atau dirinya yang secara langsung dapat
melihat penampakan berupa hantu, seperti kuntilanak, pocong, tuyul, sibunian, palasik,
dan hantu lainnya jelas itu adalah kebohongan belaka. Sebab, salah 1 dari 10
permintaan setan yang dikabulkan Allah adalah ia (setan) bisa melihat manusia
dan manusia tidak bisa melihat dirinya (setan), bahkan Allah mempertegas lagi
dalam Al-qur’an surat Al-Jin ayat 26, "Dia adalah Rabb yang Mengetahui
yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib
itu". Jadi, Apakah mungkin Tuhan mengingkari janji-Nya sendiri?
Sejauh
ini belum ada bukti otentik yang nyata tentang hantu-hantu tersebut, melainkan
hanya kata dari mulut ke mulut saja. Begitu mudahnya anda percaya dari
kata-kata yang tidak ada buktinya, yang tidak jelas kebenarannya sama sekali.
Tapi ketika saya mengatakan, saya memelihara 7 hantu, 5 pocong dan 2 tuyul, namun
anda tidak mempercayainya, alasannya saya hanya mengada-ada dan tidak memiliki
bukti tentang itu. Nah begitu juga dengan mitos, jadi kenapa anda percaya
kepada mitos yang tidak ada buktinya sama sekali.
Bahkan
mereka beranggapan, kata-kata yang telah ada sejak turun-temurun yang berasal
dari nenek moyang mereka atau dari orang tua-tua dulu adalah hal yang benar.
Pertanyaan saya, seberapa tuakah nenek moyang yang telah berkata begitu? 500
tahun yang lalu, 700 tahun lalu atau 1.000 tahun yang lalu? Jika anda menyadari
Al-Quran telah ada sejak 1.400an tahun yang lalu. Sekarang tuaan mana nenek
moyang dengan Al-Quran? Namun jika anda berkilah nenek moyang yang berkata
begitu adalah sejak 2.000 tahun yang lalu. Oke tidak masalah, walaupun berjuta
tahun yang lalu. Tapi asalkan anda tahu, Nenek moyang itu Tuhan yang ciptakan.
Tuhan telah melarang kita berkata yang tidak jelas kebenarannya dan
mengharamkan mempercayai kata-kata tersebut, perintah itu sangat jelas
dinyatakan dalam Al-Quran. Intinya, sebagai umat yang mengaku beragama harusnya
kita mempercayai kata-kata nenek moyang atau Tuhan?
Jujur,
sewaktu kecil saya takut yang namanya hantu, karena mendengar ceritanya saja
sudah ngeri. Jadi di Kampung kami itu, kalau belajar mengaji waktunya adalah
selesai magrib, paginya sekolah, siang bantu Orang Tua ke Sawah, malam belajar
mengaji di Mesjid. Ke Mesjid perginya selalu bersama-sama, rombongan, kalau
ketinggalan terkadang sering mengurungkan niat untuk pergi, sebab takut pergi
sendirian. Saya adalah orang yang paling sering ketinggalan, bukan karena
berlalai-lalai tapi karena pulang dari sawah selalu mendekati azan magrib.
Makanya sekarang saya tidak terlalu pintar dalam hal mengaji maupun agama.
Setelah
saya tumbuh dewasa, beribu pertanyaan tumbuh di kepala. Dari kecil saya
mendengar yang namanya hantu tapi sampai besar tidak pernah melihatnya, seperti
apa wujud makluk yang bikin saya gagal dalam mengaji, akhirnya saya masuk ke
komunitas rukhiyah. Konon katanya, orang-orang rukhyah bisa melihat hantu. Waktu
itu tujuan saya belajar ilmu rukhyah bukan untuk mendekatkan diri ke Tuhan
melainkan hanya bisa melihat hantu. Walaupun salah niat saya masih diterima di
komunitas rukhyah. Ternyata yang saya dapat dari sana adalah, bahwa tidak ada
yang bisa melihat wujud makluk halus, manusia hanya bisa merasakan
keberadaannya dengan bathin. Keberadaan itu bukanlah hantu tetapi setan atau
Jin.
Saat
mendengar jawaban itu, muncul kekecewaan yang begitu dalam, rasa amarah yang
tidak terbendung, seakan-akan seluruh isi bumi ini terlihat salah, ingin
menghancurkannya, tapi apalah daya sama hantu saja takut. Jadi, selama
bertahun-tahun saya berada dalam kebodohan, apapun yang ingin saya lakukan
terbatas karena terbelenggu oleh mitos. Sehingga saya bertekad akan
meninggalkan segala macam kegiatan dan akan fokus untuk sekolah, guna mengisi
kepala dengan ilmu yang benar agar bisa mengejar ketertinggalan selama ini.
Disinilah awal kehidupan bebas tanpa batas saya mulai, semenjak itu saya tidak
takut lagi yang namanya Hantu, muncul keberanian, sanggup berjalan sendirian di
tengah malam dari satu kampung ke kampung lain, lewati pohon beringin besar,
bangunan tua, dan jembatan, yang konon orang kampung kami menganggap itu
angker. Intinya, ketika kita percaya dengan hantu maka ketakutan itu terus
menghantui.
Makanya
saya gencar menyuarakan kepada adik-adik dan teman-teman kalau mitos hanya
sebagai penghambat untuk maju. Jadi, jangan takut-takuti generasi penerus
dengan hal-hal yang tidak benar. Sungguh pun ada, apa yang kalian takutkan?
Bukankah setan itu musuh kita, mereka musuh yang nyata. Ketika kita kalah dari
setan, maka neraka siap menanti.
Tempat wisata Pulau Belibis
Adalagi
kebiasan yang masih dipercaya di kampung kami, yaitu percaya Dukun. Di zaman
sekarang dukun lebih popular disebut Paranormal, dari kata tersebut jelas
menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang normal, tidak mempunyai kelebihan
apapun, sama seperti manusia lainnya. Anda normal kami pun normal berarti kita
sama-sama normal. Tapi kenapa hanya dukun yang disebut paranormal? Oke, kalau
tidak mau menyebut kami Paranormal maka kami menyebut diri kami sebagai
Paraterdidik. Orang yang berpendidikan, saya rasa lebih memiliki ilmu dari pada
yang tidak sama sekali. Dari pada anda mengadu ke Paranormal lebih baik anda bertanya
kepada kami. Tuhan pun memerintahkan, “maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS. An Nahl:43).
Ada
seseorang yang pernah mendatangi salah satu dari dukun. Dukun tersebut
mengatakan, sesungguhnya yang menimpamu adalah perkara ini dan itu, sedangkan
obatnya adalah ini dan itu. Padahal mereka menggunakan kalamullah (Al-Quran)
dalam melakukan pengobatan. Sehingga kebingungan ini dilemparkan ke Blog dan
dijawab oleh Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz. Beliau mengatakan,
barang siapa yang melakukan perkara tersebut dalam mengobati, ini menunjukkan
bahwa dia meminta bantuan Jin dan mengaku-aku tahu tentang ilmu gaib. Maka
tidak boleh berobat kepada mereka, dan tidak boleh pula mendatangi serta
bertanya kepada mereka. Dan telah sahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam
hadits-hadits yang melarang untuk datang kepada dukun, peramal serta tukang
sihir serta larangan untuk bertanya dan membenarkan mereka.
Bahkan
Rasul bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa
yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada
Muhammad.” Maka wajib memperingatkan dari mereka, baik bertanya maupun berobat
kepada mereka. Apabila mereka mengira bahwa mereka mengobati dengan Al-Quran,
telah menjadi kebiasaan para pelaku kebatilan, mereka menggunakan kedok dan
tipu daya, maka tidak boleh membenarkan apa-apa yang mereka katakan. Begitulah
jawaban dari ibn Baaz.
Maksud
dari kata Dukun ini bukanlah tukang urut, melainkan yang konon katanya bisa
memberikan seseorang “Sijundai, Pakasiah, Pelaris ataupun Santet” bahkan
termasuk dukun yang mengobati seseorang dengan persyaratan yang tidak masuk
akal maupun dukun yang bisa menemukan barang hilang. Di kampung saya jika pergi
berobat ke dukun, hanya terdapat 2 jenis penyakit, yaitu “Tasapo atau
Kataguran”. Tasapo itu maksudnya, disapa sama makluk halus. Kalau Kataguran,
ditegur sama makluk halus. Sakit kepala, demam atau kejang-kejang, tetap kalau
tidak Tasapo berarti Kataguran. Yang lebih mengherankan, sejak nenek moyang
kami hingga sekarang tetap 2 itu saja nama penyakitnya, kenapa tidak ditambah
kayak “Tasewai, Tasenggol atau Talampang”. Kita lihat kedokteran, semakin
berkembang ilmu kedokteran semakin berkembang pula nama penyakit. Tentu perkembangan
ilmu kedokteran disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Kalau
memang Sijundai, Pakasiah, atau Santet itu ada, sudah pasti Polisi menyewa Dukun
santet ketika Santoso kabur ke hutan. Ketika disantet, Santoso bersama
rombongan akan keluar dari hutan dengan sendirinya dan berjalan beriringan ke
kantor polisi tanpa ada kawalan. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan anggaran dana
yang besar untuk Operasi Tinombala tersebut. Dan yang lebih penting dari itu, korban
jiwa tidak ada. Cukup bayar Rp 15.000 yang penting Lillahi ta’ala. Tarif dukun kampung
biasanya kan begitu. Jika ada, Pemerintah sudah pasti melakukannya karena
mengingat biaya dan korban jiwa.
Masih
segar di telinga kita, tahun 2011 lalu di Sulawesi seorang bocah 3 tahun benama
Safira, bersarang puluhan paku di dalam kakinya. Tim dokter rumah sakit tidak
berani menyimpulkan tentang penyebab penyakit tersebut. Kata pihak rumah sakit,
“ini kejadian yang pertama kami tangani, ini aneh tapi benar-benar terjadi”.
Banyak pihak yang menggap kalau itu semacam ilmu hitam atau santet. Pertanyaan
saya, kalau itu santet apa buktinya?
Jika
tidak ada bukti jangan katakan santet, apabila ada sesuatu yang tidak bisa
dikelola oleh akal manusia atau tidak bisa dipikirkan secara logika maka itu
adalah kuasa Tuhan. Berarti Tuhan telah menunjukkan bahwa diri-Nya ada. Nabi
saja bisa melakukan sesuatu jika dipikirkan tidak akan tembus dengan akal,
namun itulah mukjizat. Apalagi Tuhan yang telah menciptakan nabi tersebut,
lebih dari itu Tuhan bisa. Sekarang kita ambil nilai positifnya dari kejadian
tersebut, Safira berasal dari keluarga kurang mampu, ke Rumah Sakit saja untuk
mengobati Safira orang tuanya tidak punya uang. Tapi setelah kejadian itu, sekarang
Safira sehat total, banyak dapat bantuan, bahkan mendapat beasiswa pendidikan
mulai dari Playgrup hingga SMP. Kalau itu santet, kenapa rezeki Safira malah
membaik? Bukankah tujuan dari santet itu membuat keburukan?
Contoh
lain, Pesawat Adam Air dan Malaysia Airlines yang hilang, untuk mencari
keberadaan pesawat tersebut kapal dan pesawat canggih dikerahkan
bahkan 12 negara ikut mencari. Bayangkan berapa uang yang telah dikelontorkan untuk
mencari keberadaan pesawat tersebut, kalau memang dukun bisa menemukan barang
yang hilang, itu adalah kesempatan besar bagi dukun menjadi popular dan kaya
raya. Tapi apa dikata, kemampuan manusia terbatas. Namun ada seorang dukun iseng
mencoba, bernama Ibrahim Mat Zin, ia adalah dukun ternama dari Malaysia. Dia
telah menekuni profesi dukun selama 50 tahun. Tetap saja hasilnya nihil.
Saya
pernah ditawari obat pelaris jualan (dagang) sama dukun. Dia merupakan salah
satu dukun ternama di kampung saya. Dia mengatakan, bisa menjadikan usaha saya
maju dan berkembang pesat dalam waktu singkat dengan cara pakai minyak pelaris.
Anehnya, dukun tersebut juga punya usaha yaitu berjualan gorengan, sudah
bertahun berjualan namun usahanya masih begitu saja. Kalau memang benar,
mungkin dia telah menjadi pengusaha besar.
Bagi
anda yang memiliki bisnis jangan percaya hal-hal tersebut. Saya orang ekonomi
dan bisnis, dalam usaha tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras dan
pengorbanan. High Risk High Return merupakan salah satu slogan yang kerap kali
kita dengar, tentu didasarkan pada hukum di dunia ini bahwa tidak ada sesuatu
yang baik tanpa pengorbanan, begitu pula dalam bisnis. Tidak ada sesuatu yang
benar-benar bisa memberikan keuntungan yang tinggi tanpa membawa resiko yang
tinggi pula. Dan tidak ada satu bisnis pun di dunia ini yang sukses berkat
mistik.
Sekarang
apakah anda masih percaya mitos dan perdukunan? Atau jangan-jangan dalam hati
anda, “nanti kalau saya ikuti kata si Petra saya akan kualat, dikejar-kejar
hantu atau terkena santet”. Kalau anda muslim, harusnya anda percaya dengan
Tuhanmu, Allah telah berkata dalam Alquran, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali atas ijin Allah dan Barang siapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui
segala sesuatu” (QS. At-Taghaabun :11). Ada lagi pertanyaan bagaimana nanti jika
Allah mengizinkan? Tuhan itu tidak seperti manusia yang selalu ingkar janji.
Lagi pula, apakah mungkin Allah mengabulkan permintaan orang yang ingin berniat
jahat kepada makluk ciptaan-Nya? Kalau anda tidak percaya dengan logika yang
saya paparkan maka saya telah memberikan bukti. Itulah bukti saya, Alquran. Follow
your heart but take your brain with you and dreams will never work unless you
do. Thanks.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar