Senin, 01 Agustus 2016

Bongkar Mitos dan Perdukunan Demi Kemajuan



Illustration



Saya adalah seorang anak petani yang berasal dari daerah Solok, saya tinggal di sebuah perkampungan, mata pencarian masyarakatnya mayoritas bertani. Dimana kampung kami masih kental dengan mitos dan perdukunan. Tidak usah pula heran, karena kampung kami hanya salah satu bagian kecil dari beribu kampung di Nusantara ini yang masih percaya mitos dan perdukunan. Mitos masih dipercaya karena masyarakat masih beranggapan bahwa mitos sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat tradisional yang budaya kedaerahannya masih sangat kental. Mereka kebanyakan mengabaikan logika, dan lebih mempercayai hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka.



Kita semua berharap, orang-orang yang pergi ke Solok tidak hanya untuk menuntut ilmu dukun atau sekedar syuting film untuk tayangan mistik/klenik yang berkembang pesat di dunia pertelevisian sekarang ini. Seperti yang telah kita ketahui jika orang ingin ke Sumatera Barat, kebanyakan dari mereka hanya mengenal 2 tempat saja, yaitu Padang atau Bukittinggi. Ada juga ke Solok tapi mereka adalah orang-orang Solok yang pulang dari rantau.



Jika dilihat dari kondisi geografisnya daerah Solok berpotensi besar dalam Pariwisata dan Bisnis. Sekedar memberitahukan saja, Solok adalah penghasil beras berkualitas terbaik di Sumbar. Bahkan seorang Pendiri Singapura Modern, Thomas Stamford Raffles mengatakan, bila seseorang baru saja memasuki daerah Selayo (Solok), maka sejauh mata memandang hanya akan terlihat hamparan sawah. Sehingga Nuskan Syarif pada tahun 1960an menciptakan sebuah lagu “Bareh Solok” yang dipopulerkan oleh Elly Kasim.



Solok mempunyai kebudayaan yang luhur, kesenian adat yang menarik, bahkan pada pesta pernikahan lebih semarak dari pada pesta demokrasi, acara “Bararak” misalkan, sewaktu pengantin “diarak” dari rumah “induak Bako”, orang yang mengiringi pengantin tersebut panjangnya mencapai 1 kilo meter, yang lebih menariknya para pengiring ini rapi dan teratur, tampak seperti “itik pulang petang”, ditambah lagi di atas kepala mereka terponggok “Katidiang hitam” tanpa dipegang. Bagi kami itu sebuah tontonan yang sangat menarik ketimbang nonton arak-arakan Presiden.



Selain itu Solok juga mempunyai berbagai tempat wisata yang menarik, ada Pulau Belibis, Taman Bidadari, Laing Park, Sarasah dan puluhan tempat wisata lainnya. Bahkan Solok memiliki 4 danau yang sangat cantik, diantaranya adalah Danau Singkarak. Singkarak adalah danau terluas di Sumbar dan danau ini pula yang dijadikan ikon event terbesar di Indonesia yang merupakan ajang internasional setiap tahunnya, yakni Tour de Singkarak. Yang paling eksotik Solok memiliki gunung sangat indah, tingginya mencapai 37 kali dari tinggi Gunung Pangilun Padang, Woow. Jika disebutkan semuanya, yang saya kwatirkan travelling keluar negri anda akan batal.



Tujuan terpenting dari pembahasan ini adalah membentuk Solok sebagai daerah yang modern dan menjadikan sentral bisnis di Sumbar. Agar semua itu tercapai kita harus mengubah pola pikir masyarakat, yang masih terbelenggu dengan mitos dan perdukunan. Selama mitos dan perdukunan mengakar kuat di masyarakat, selama itu pula masyarakat tersebut menginginkan ketertinggalan dan kemajuan akan sulit tercapai.





Tradisi pernikahan di Kota Solok



Pembahasan ini bukanlah semacam pengajian atau ceramah agama, namun ini adalah bentuk penyampaian bahwa yang anda yakini itu salah, karena bertentangan dengan ajaran Islam sendiri dan jika dikaji secara logika sangat tidak logis. Kita membahas masalah mitos dan perdukunan, berarti merujuk kepada sebuah keyakinan, karena saya seorang muslim maka akan berpedoman kepada Al-Quran. Islam adalah agama yang mengagungkan kebenaran, islam juga agama yang mengagungkan ilmu dan mengharamkan berkata tanpa didasari ilmu yang tidak jelas kebenarannya. Mitos dan perdukunan merupakan salah satu ilmu yang tidak jelas kebenarannya.



Berdasarkan defenisi yang saya kutip, mitos adalah satu cerita, pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan, yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu perkara yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu, yang kebenarannya belum tentu benar adanya (Harry Lubis, 2009).



Mitos, mungkin sama tuanya dengan bahasa itu sendiri. Namun beberapa mitos dapat bertahan karena memberikan nasehat yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Contoh, tidak boleh potong kuku malam hari, setelah makan piring harus disirami air, tidak boleh bolak-balik sebelum berpergian jauh, anak gadis dilarang duduk depan pintu, dan lain sebagainya.



Sekarang kita kaji satu persatu secara logika dari beberapa contoh mitos tersebut. Pertama, jika ada anak yang potong kuku malam hari maka orang tuanya melarang. Alasan mereka adalah karena dapat mengundang kedatangan binatang berbisa atau maklus halus. Kita semua tahu, di zaman dahulu sewaktu malam tiba hanya pakai lampu minyak tanah untuk penerangan, tidak pakai lampu listrik seperti sekarang, jadi cahayanya itu terbatas, apapun yang dilihat akan tampak samar-samar. Sementara alat yang digunakan untuk memotong kuku adalah benda tajam. Itulah sebabnya orang tua melarang karena tidak ingin anaknya terluka. Maka diciptakanlah mitos untuk mencegah hal tersebut.



Kedua, jika piring tidak disirami air setelah makan, bayangkan betapa repotnya ketika Sang ibu mencuci piring, kotoran yang lengket pada piring tersebut menjadi keras, harus membutuhkan waktu lama dan tenaga yang ekstra untuk mengangkat kotoran tersebut. Oleh karena itu Sang ibu mengajarkan pada anaknya setelah makan piring harus disirami, supaya anaknya mau menurut ditakut takutilah dengan mitos. Seperti, jika tidak disirami air setelah mati nanti kuburannya retak-retak.



Ketiga, tidak baik bolak-balik dalam berpergian, Sebelum berpergian jauh sering diingatkan sama orang tua jangan sampai ada barang-barang yang ketinggalan, nanti kalau sudah di jalan apabila ada yang ketinggalan tidak baik bolak-balik ke rumah, jika balik itu petanda tak baik dalam perjalanan. Ketika orang terdekat melepas kepergian kita ke suatu tempat, mereka melepas dengan perasaan haru dan sedih, setelah kita berangkat mereka bisa menerima atas kepergian kita, tapi sewaktu kita balik mereka senang lagi, lalu kita pergi lagi, yang jelas mereka sedih lagi, intinya kalau bolak-balik mereka sedihnya jadi 2 kali. Kurasa alasannya hanya masalah perasaan saja.



Selanjutnya, Anak gadis dilarang duduk di depan pintu, ketika sang gadis duduk di depan pintu, tiap ada pemuda yang lewat selalu menggodanya, bermacam-macam godaan dari sang cowok, “ngapain sendirian di sana, jalan-jalan yuk”, “lagi nungguin siapa nih, abang ya?”, “kamu cantik banget, tawarin aku mampir dong”, pokoknya banyak, minimal “hai, cewek” atau “suit suuiiiitttt”. Sang Bapak yang melihat kejadian begitu tidak senang hati, “Kau masuk ke dalam rumah, Nak. Kau tidak ada lagi cerita duduk di depan pintu.” Nah, dari kejadian semacam itulah terciptanya sebuah mitos untuk menakuti-nakuti anaknya. Bagi anak gadis yang duduk di depan pintu jauh dari jodoh. Siapa sih yang tidak takut tidak dapat jodoh, kurasa semua.



Namun dengan mitos tersebut, di zaman sekarang kita sudah jarang melihat anak gadis duduk di depan pintu. Tapi, sekarang mereka nongkrong di pinggir jalan, konvoi dengan motor, hangout, clubbing, dan sebagainya. Jika dinasehati, mereka bilang “ini emansipasi wanita”. Saya yakin kesetaraan gender yang dimaksud RA. Kartini bukanlah semacam itu. Yang saya heran wanita mintanya kesetaraan, tapi ketika cewek dan cowok pergi makan tetap saja cewek enggan mau bayar makanannya sendiri, atau suami minta ke isteri bersama-sama menafkahi keluarga, jawab isteri, “wanita tercipta dari tulang rusuk kenapa dijadikan tulang punggung”. inikah yang dinamakan kesetaraan?



Namun ini tidak menjadi fokus dalam bahasan saya, terpenting bagi kalian yang mengatakan itu emansipasi, bagi saya tidak masalah, selagi kalian tidak merugikan orang lain dan diri sendiri, silahkan. Always do your best, and let God next. Anggap saja ini namanya artikel tarik-ulur, cerita pergi kemana-mana kalau sudah jauh kita tarik lagi, lalu ulur lagi. Yang penting topik kita sampai. So, maklumi saja. Okey.



Kembali ke topik, namun banyak mitos yang meluas salah satunya adalah mitos sekitar hal-hal mistis, ini jelas sekali bertentangan dengan agama dan tidak efektif untuk kemajuan teknologi dan globalisasi modern. Di daerah Jawa ada namanya hantu kuntilanak, genderuwo, sundel bolong, pocong, tuyul, dan lain sebagainya. Bahkan setiap daerah mempunyai mitos dan kepercayaan berbeda-beda tentang hal mistis tersebut. Di tanah Minang ada namanya hantu sibunian, hantu aru-aru, hantu suluah, palasik, inyiak (rimau), siampa, dewa, dan hantu lainnya. Dari sekian banyak jenis hantu di Minang, hantu sibunian inilah yang paling terkenal, konon katanya Gamawan Fauzi (Mantan Bupati Solok) hilang di hutan karena Sibunian ini. Padahal itu hanya sebuah lirik lagu Pak Gamawan, “Sibunian Bukik Sambuang”. Lagu yang luar biasa.



Kita sering melihat tayangan di telivisi, misalkan acara “Tuyul Jalan-jalan” (plesetan), acara yang dipandu oleh Host komedian senior. Mereka pergi ke sebuah pelosok desa terpencil hanya untuk mencari sejenis hantu, lalu Sang Paranormal menggambarkan bentuk dari hantu tersebut. Dan ironisnya acara tersebut mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Pertanyaan saya, Kenapa harus mencari setan (hantu) ke Pelosok-pelosok Desa yang terpencil bahkan ke Bangunan tua yang tak berpenghuni? Apakah mereka tidak tahu, kalau sebenarnya setan itu banyaknya di Kota, di tempat-tempat Clubbing, Kost-kost an, di Hotel- hotel, di Pasar atau di Kantor para koruptor.



Jika ada yang mengatakan bisa melihat setan atau dirinya yang secara langsung dapat melihat penampakan berupa hantu, seperti kuntilanak, pocong, tuyul, sibunian, palasik, dan hantu lainnya jelas itu adalah kebohongan belaka. Sebab, salah 1 dari 10 permintaan setan yang dikabulkan Allah adalah ia (setan) bisa melihat manusia dan manusia tidak bisa melihat dirinya (setan), bahkan Allah mempertegas lagi dalam Al-qur’an surat Al-Jin ayat 26, "Dia adalah Rabb yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu". Jadi, Apakah mungkin Tuhan mengingkari janji-Nya sendiri?



Sejauh ini belum ada bukti otentik yang nyata tentang hantu-hantu tersebut, melainkan hanya kata dari mulut ke mulut saja. Begitu mudahnya anda percaya dari kata-kata yang tidak ada buktinya, yang tidak jelas kebenarannya sama sekali. Tapi ketika saya mengatakan, saya memelihara 7 hantu, 5 pocong dan 2 tuyul, namun anda tidak mempercayainya, alasannya saya hanya mengada-ada dan tidak memiliki bukti tentang itu. Nah begitu juga dengan mitos, jadi kenapa anda percaya kepada mitos yang tidak ada buktinya sama sekali.



Bahkan mereka beranggapan, kata-kata yang telah ada sejak turun-temurun yang berasal dari nenek moyang mereka atau dari orang tua-tua dulu adalah hal yang benar. Pertanyaan saya, seberapa tuakah nenek moyang yang telah berkata begitu? 500 tahun yang lalu, 700 tahun lalu atau 1.000 tahun yang lalu? Jika anda menyadari Al-Quran telah ada sejak 1.400an tahun yang lalu. Sekarang tuaan mana nenek moyang dengan Al-Quran? Namun jika anda berkilah nenek moyang yang berkata begitu adalah sejak 2.000 tahun yang lalu. Oke tidak masalah, walaupun berjuta tahun yang lalu. Tapi asalkan anda tahu, Nenek moyang itu Tuhan yang ciptakan. Tuhan telah melarang kita berkata yang tidak jelas kebenarannya dan mengharamkan mempercayai kata-kata tersebut, perintah itu sangat jelas dinyatakan dalam Al-Quran. Intinya, sebagai umat yang mengaku beragama harusnya kita mempercayai kata-kata nenek moyang atau Tuhan?



Jujur, sewaktu kecil saya takut yang namanya hantu, karena mendengar ceritanya saja sudah ngeri. Jadi di Kampung kami itu, kalau belajar mengaji waktunya adalah selesai magrib, paginya sekolah, siang bantu Orang Tua ke Sawah, malam belajar mengaji di Mesjid. Ke Mesjid perginya selalu bersama-sama, rombongan, kalau ketinggalan terkadang sering mengurungkan niat untuk pergi, sebab takut pergi sendirian. Saya adalah orang yang paling sering ketinggalan, bukan karena berlalai-lalai tapi karena pulang dari sawah selalu mendekati azan magrib. Makanya sekarang saya tidak terlalu pintar dalam hal mengaji maupun agama.



Setelah saya tumbuh dewasa, beribu pertanyaan tumbuh di kepala. Dari kecil saya mendengar yang namanya hantu tapi sampai besar tidak pernah melihatnya, seperti apa wujud makluk yang bikin saya gagal dalam mengaji, akhirnya saya masuk ke komunitas rukhiyah. Konon katanya, orang-orang rukhyah bisa melihat hantu. Waktu itu tujuan saya belajar ilmu rukhyah bukan untuk mendekatkan diri ke Tuhan melainkan hanya bisa melihat hantu. Walaupun salah niat saya masih diterima di komunitas rukhyah. Ternyata yang saya dapat dari sana adalah, bahwa tidak ada yang bisa melihat wujud makluk halus, manusia hanya bisa merasakan keberadaannya dengan bathin. Keberadaan itu bukanlah hantu tetapi setan atau Jin.



Saat mendengar jawaban itu, muncul kekecewaan yang begitu dalam, rasa amarah yang tidak terbendung, seakan-akan seluruh isi bumi ini terlihat salah, ingin menghancurkannya, tapi apalah daya sama hantu saja takut. Jadi, selama bertahun-tahun saya berada dalam kebodohan, apapun yang ingin saya lakukan terbatas karena terbelenggu oleh mitos. Sehingga saya bertekad akan meninggalkan segala macam kegiatan dan akan fokus untuk sekolah, guna mengisi kepala dengan ilmu yang benar agar bisa mengejar ketertinggalan selama ini. Disinilah awal kehidupan bebas tanpa batas saya mulai, semenjak itu saya tidak takut lagi yang namanya Hantu, muncul keberanian, sanggup berjalan sendirian di tengah malam dari satu kampung ke kampung lain, lewati pohon beringin besar, bangunan tua, dan jembatan, yang konon orang kampung kami menganggap itu angker. Intinya, ketika kita percaya dengan hantu maka ketakutan itu terus menghantui.



Makanya saya gencar menyuarakan kepada adik-adik dan teman-teman kalau mitos hanya sebagai penghambat untuk maju. Jadi, jangan takut-takuti generasi penerus dengan hal-hal yang tidak benar. Sungguh pun ada, apa yang kalian takutkan? Bukankah setan itu musuh kita, mereka musuh yang nyata. Ketika kita kalah dari setan, maka neraka siap menanti.












Tempat wisata Pulau Belibis


Adalagi kebiasan yang masih dipercaya di kampung kami, yaitu percaya Dukun. Di zaman sekarang dukun lebih popular disebut Paranormal, dari kata tersebut jelas menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang normal, tidak mempunyai kelebihan apapun, sama seperti manusia lainnya. Anda normal kami pun normal berarti kita sama-sama normal. Tapi kenapa hanya dukun yang disebut paranormal? Oke, kalau tidak mau menyebut kami Paranormal maka kami menyebut diri kami sebagai Paraterdidik. Orang yang berpendidikan, saya rasa lebih memiliki ilmu dari pada yang tidak sama sekali. Dari pada anda mengadu ke Paranormal lebih baik anda bertanya kepada kami. Tuhan pun memerintahkan, “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS. An Nahl:43).



Ada seseorang yang pernah mendatangi salah satu dari dukun. Dukun tersebut mengatakan, sesungguhnya yang menimpamu adalah perkara ini dan itu, sedangkan obatnya adalah ini dan itu. Padahal mereka menggunakan kalamullah (Al-Quran) dalam melakukan pengobatan. Sehingga kebingungan ini dilemparkan ke Blog dan dijawab oleh Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz. Beliau mengatakan, barang siapa yang melakukan perkara tersebut dalam mengobati, ini menunjukkan bahwa dia meminta bantuan Jin dan mengaku-aku tahu tentang ilmu gaib. Maka tidak boleh berobat kepada mereka, dan tidak boleh pula mendatangi serta bertanya kepada mereka. Dan telah sahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam hadits-hadits yang melarang untuk datang kepada dukun, peramal serta tukang sihir serta larangan untuk bertanya dan membenarkan mereka.


Bahkan Rasul bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi kahin (dukun) dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” Maka wajib memperingatkan dari mereka, baik bertanya maupun berobat kepada mereka. Apabila mereka mengira bahwa mereka mengobati dengan Al-Quran, telah menjadi kebiasaan para pelaku kebatilan, mereka menggunakan kedok dan tipu daya, maka tidak boleh membenarkan apa-apa yang mereka katakan. Begitulah jawaban dari ibn Baaz.

Maksud dari kata Dukun ini bukanlah tukang urut, melainkan yang konon katanya bisa memberikan seseorang “Sijundai, Pakasiah, Pelaris ataupun Santet” bahkan termasuk dukun yang mengobati seseorang dengan persyaratan yang tidak masuk akal maupun dukun yang bisa menemukan barang hilang. Di kampung saya jika pergi berobat ke dukun, hanya terdapat 2 jenis penyakit, yaitu “Tasapo atau Kataguran”. Tasapo itu maksudnya, disapa sama makluk halus. Kalau Kataguran, ditegur sama makluk halus. Sakit kepala, demam atau kejang-kejang, tetap kalau tidak Tasapo berarti Kataguran. Yang lebih mengherankan, sejak nenek moyang kami hingga sekarang tetap 2 itu saja nama penyakitnya, kenapa tidak ditambah kayak “Tasewai, Tasenggol atau Talampang”. Kita lihat kedokteran, semakin berkembang ilmu kedokteran semakin berkembang pula nama penyakit. Tentu perkembangan ilmu kedokteran disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi.

Kalau memang Sijundai, Pakasiah, atau Santet itu ada, sudah pasti Polisi menyewa Dukun santet ketika Santoso kabur ke hutan. Ketika disantet, Santoso bersama rombongan akan keluar dari hutan dengan sendirinya dan berjalan beriringan ke kantor polisi tanpa ada kawalan. Pemerintah tidak perlu mengeluarkan anggaran dana yang besar untuk Operasi Tinombala tersebut. Dan yang lebih penting dari itu, korban jiwa tidak ada. Cukup bayar Rp 15.000 yang penting Lillahi ta’ala. Tarif dukun kampung biasanya kan begitu. Jika ada, Pemerintah sudah pasti melakukannya karena mengingat biaya dan korban jiwa.

Masih segar di telinga kita, tahun 2011 lalu di Sulawesi seorang bocah 3 tahun benama Safira, bersarang puluhan paku di dalam kakinya. Tim dokter rumah sakit tidak berani menyimpulkan tentang penyebab penyakit tersebut. Kata pihak rumah sakit, “ini kejadian yang pertama kami tangani, ini aneh tapi benar-benar terjadi”. Banyak pihak yang menggap kalau itu semacam ilmu hitam atau santet. Pertanyaan saya, kalau itu santet apa buktinya?

Jika tidak ada bukti jangan katakan santet, apabila ada sesuatu yang tidak bisa dikelola oleh akal manusia atau tidak bisa dipikirkan secara logika maka itu adalah kuasa Tuhan. Berarti Tuhan telah menunjukkan bahwa diri-Nya ada. Nabi saja bisa melakukan sesuatu jika dipikirkan tidak akan tembus dengan akal, namun itulah mukjizat. Apalagi Tuhan yang telah menciptakan nabi tersebut, lebih dari itu Tuhan bisa. Sekarang kita ambil nilai positifnya dari kejadian tersebut, Safira berasal dari keluarga kurang mampu, ke Rumah Sakit saja untuk mengobati Safira orang tuanya tidak punya uang. Tapi setelah kejadian itu, sekarang Safira sehat total, banyak dapat bantuan, bahkan mendapat beasiswa pendidikan mulai dari Playgrup hingga SMP. Kalau itu santet, kenapa rezeki Safira malah membaik? Bukankah tujuan dari santet itu membuat keburukan?

Contoh lain, Pesawat Adam Air dan Malaysia Airlines yang hilang, untuk mencari keberadaan pesawat tersebut kapal dan pesawat canggih dikerahkan bahkan 12 negara ikut mencari. Bayangkan berapa uang yang telah dikelontorkan untuk mencari keberadaan pesawat tersebut, kalau memang dukun bisa menemukan barang yang hilang, itu adalah kesempatan besar bagi dukun menjadi popular dan kaya raya. Tapi apa dikata, kemampuan manusia terbatas. Namun ada seorang dukun iseng mencoba, bernama Ibrahim Mat Zin, ia adalah dukun ternama dari Malaysia. Dia telah menekuni profesi dukun selama 50 tahun. Tetap saja hasilnya nihil.

Saya pernah ditawari obat pelaris jualan (dagang) sama dukun. Dia merupakan salah satu dukun ternama di kampung saya. Dia mengatakan, bisa menjadikan usaha saya maju dan berkembang pesat dalam waktu singkat dengan cara pakai minyak pelaris. Anehnya, dukun tersebut juga punya usaha yaitu berjualan gorengan, sudah bertahun berjualan namun usahanya masih begitu saja. Kalau memang benar, mungkin dia telah menjadi pengusaha besar.

Bagi anda yang memiliki bisnis jangan percaya hal-hal tersebut. Saya orang ekonomi dan bisnis, dalam usaha tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras dan pengorbanan. High Risk High Return merupakan salah satu slogan yang kerap kali kita dengar, tentu didasarkan pada hukum di dunia ini bahwa tidak ada sesuatu yang baik tanpa pengorbanan, begitu pula dalam bisnis. Tidak ada sesuatu yang benar-benar bisa memberikan keuntungan yang tinggi tanpa membawa resiko yang tinggi pula. Dan tidak ada satu bisnis pun di dunia ini yang sukses berkat mistik.

Sekarang apakah anda masih percaya mitos dan perdukunan? Atau jangan-jangan dalam hati anda, “nanti kalau saya ikuti kata si Petra saya akan kualat, dikejar-kejar hantu atau terkena santet”. Kalau anda muslim, harusnya anda percaya dengan Tuhanmu, Allah telah berkata dalam Alquran, “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali atas ijin Allah dan Barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. At-Taghaabun :11). Ada lagi pertanyaan bagaimana nanti jika Allah mengizinkan? Tuhan itu tidak seperti manusia yang selalu ingkar janji. Lagi pula, apakah mungkin Allah mengabulkan permintaan orang yang ingin berniat jahat kepada makluk ciptaan-Nya? Kalau anda tidak percaya dengan logika yang saya paparkan maka saya telah memberikan bukti. Itulah bukti saya, Alquran. Follow your heart but take your brain with you and dreams will never work unless you do. Thanks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar